Kamis, 02 Januari 2014

Ulum al-Quran (Saba' al-Matsani)


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi beserta semua isinya, dan telah menurunkan Al-Qur’an melalui perantara Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat-Nya sebagai petunjuk menuju jalan kebenaran dan jalan yang dirahmati oleh-Nya. Shalawat dan salam selalu terlimpah dan tercurah kepada junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah atas selesainya makalah ini dengan judul “Al-Quran dan tujuh huruf”, dengan maksud untuk memenuhi tugas pada mata kuliyah Dasar-dasar Al-Qur’an.
Kami mohon maaf kepada para pembaca karena makalah ini masih banyak kekurangan, kekhilafan, dan kealfaan. Kami juga mengharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amien.











                                                                                   
                                                                                                Jakarta, 30 Maret 2011
DAFTAR ISI
Kata pengantar ......................................................................................................  2
Daftar isi .................................................................................................................  3
Pendahuluan ........................................................................................................... 4
Pembahasan ...........................................................................................................  5
  1. Hadits-hadits tentang al-Quran turun dalam tujuh huruf.....................................................................................................          5
  2. Pendapat tentang makna tujuh huruf ...........................................................  7
  3. Antara qira’at tujuh dan tujuh huruf .......................................................       9
Kesimpulan ............................................................................................................   10
Daftar pustaka ........................................................................................................ 11













BAB I
Pendahuluan
Al-Quran adalah mukjizat yang abadi yang diturunkan kepada Rosulullah SAW sebagai hidayah bagi manusia, dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara hak dan yang bathil. Al-Quran diturunkan oleh Allah SWT dalam bahasa arab yang sangat tinggi susunan bahasanya dan keindahan balaghohnya.
Memang bangsa Arab dulu mempunyai berbagai lahjah (dialek) yang beragam antara satu qobilah dengan qobilah yang lainnya. Namun bahasa Quraisy mempunyai kelebihan dan keistimewaan tersendiri, dan lebih tinggi daripada bahasa dan dialek yang lainnya. Oleh karena itu wajarlah apabila al-Quran diturunkan dalam bahasa Quraisy kepada seorang Rosul yang Quraisy pula, agara dapat menjinakkan orang-orang Arab dan mewujudkan kemukjizatan al-Quran yang tidak bisa mereka tandingi.
            Oleh karena perbedaan dan keragaman dialek-dialek bangsa Arab tersebut, maka al-Quran yang diwahyukan Allah kepada Rosulullah SAW akan menjadi sempurna kemukjizatannya apabila ia dapat menampung berbagai dialek dan macam-macam cara membaca al-Quran sehingga memudahkan mereka untuk membaca, menghafal dan memahaminya.



BAB II
Pembahasan
A.    Hadits-hadits tentang al-Quran turun dalam tujuh huruf
Ada banyak riwayat yang seperti anda katakan, menyebutkan bahwa Al-Quran diturunkan dengan tujuh huruf, di antaranya adalah lafadz hadits berikut ini:
. عن ابن عبَّاس قال: قال رسول اللّه صلَّي اللّه عليه وسلَّم: أَقرأَني جبريل على حرف فراجعته فلم أَزل أَستزيده ويزيدني حتي انتهي على سبعة أَحرف.
Dari Ibn Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jibril membacakan (Qur''an) kepadaku dengan satu huruf. Kemudian berulang kali aku mendesak dan meminta agar huruf itu ditambah, dan ia pun menambahnya kepadaku sampai dengan tujuh huruf."[1]
. عن عمر بن الخطاب يقول سمعت هشام بن الحكيم يقرأ سورة الفرقان على غير ما أقرؤها عليه وكان رسول الله صلى الله عليه و سلم أقرأبيها فكدت أن أعجل عليه ثم أمهلته حتى انصرف ثم لببته بردائه فجئت به رسول الله صلى الله عليه و سلم فقلت : يا رسول الله إني سمعت هذا يقرأ سورة الفرقان على غير ما أقراتنيها فقال له رسول الله صلى الله عليه و سلم : اقرأ فقرأ القراءة التي سمعته يقرأ فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : هكذا أنزلت ثم قال لي : اقرأ فقرأت فقال : هكذا أنزلت إن هذا القرآن أنزل على سبعة أحرف فاقرؤوا ما تيسر منه.
Dari Umar bin Khatab ia berkata, "Aku mendengar Hisyam bin Hakim membacakan surah al-Furqan di masa hidup Rasulullah. Aku perhatikan bacaannya. Tiba-tiba ia membacanya dengan banyak huruf yang belum pernah dibacakan Rasulullah kepadaku, sehingga hampir saja aku melabraknya di saat dia shalat, tetapi aku berusaha sabar menunggunya sampai salam. Begitu salam, aku tarik selendangnya dan bertanya, "Siapakah yang membacakan (mengajarkan bacaan) surah itu kepadamu? Dia menjawab: ''Rasulullah yang membacakannya kepadaku.'' Lalu aku katakan kepadanya: ''Dusta kau! Demi Allah, Rasulullah telah membacakan juga kepadaku surah yang kau dengar tadi engkau membacanya (tapi tidak seperti bacaanmu).'' Kemudian aku bawa dia ke hadapan Rasulullah, dan aku menceritakan kepadanya bahwa '' Aku telah mendengar orang ini membaca surah al-Furqan dengan huruf-huruf yang tidak pernah engkau bacakan kepadaku, padahal engkau sendiri telah membacakan surah al-Furqan kepadaku.'' Maka Rasulullah berkata: '' Lepaskan dia, wahai Umar. Bacalah surah tadi, wahai Hisyam, Hisyam pun membacanya dengan bacaan seperti kudengar tadi. Maka kata Rasulullah SAW: ''Begitulah surah itu diturunkan.'' Ia berkata lagi: ''Bacalah wahai Umar, lalu aku membacanya dengan bacaan sebagaimana diajarkan Rasulullah kepadaku. Maka kata Rasulullah; begitulah surah itu diturunkan.'' Dan katanya lagi: ''Sesungguhnya Qur'an itu diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu, di antaranya.''[2]
. عن حذيفة بن اليمان عن النبي صلى الله عليه و سلم قال: يا جبريل إني أرسلت إلى أمة أمية : الرجل والمرأة والغلام والجارية والشيخ الفاني الذي لم يقرأ كتابا قط قال : إن القرآن أنزل على سبعة أحرف.
Dari Hudzaefah bin al-Yaman, dari Nabi Saw. bersabda: "Wahai Jibril bahwa aku diutus untuk ummat yang ummiyah di dalamnya terdapat orang lelaki, perempuan, anak-anak, pelayan (babu) dan kakek tua yang tidak bisa membaca sama sekali". Jibril balik berkata: "Bahwa Al-Qur'an diturunkan dengan tujuh huruf".
. عن أبي بن كعب قال : أتى جبريل النبي صلى الله عليه و سلم فقال : إن الله يأمرك أن تقرئ أمتك على سبعة أحرف فمن قرأ منها حرفا فهو كما قرأ.
Dari Ubay bin Ka’ab ia berkata: "Barangsiapa membacanya dengan satu huruf saja berarti telah membaca seperti ia (Nabi) membaca".
. عن أبي قيس مولى عمرو بن العاص أن رجلا قرأ / آية من القرآن فقال له عمرو بن العاص : إنما هي كذا وكذا لغير ما قرأ الرجل فقال الرجل : هكذا أقرأنيها رسول الله صلى الله عليه و سلم فخرجا إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم حتى أتياه فذكرا ذلك له فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : إن هذا القرآن نزل على سبعة أحرف بأي ذلك قرأتم أصبتم فلا تمارون في القرآن فإن مراء فيه كفر.
Mengeluarkan hadits dengan sanadnya dari Abi Qais maula 'Amar bin 'Ash dari 'Amr, "Bahwa ada seseorang ini berdiri sehingga tidak terang membaca satu ayat Al-Qur'an". Kemudian 'Amr berkata kepadanya: "Sebenarnya ayat itu begini dan begini". Setelah itu ia mengatakan hal itu kepada Rasulullah SAW, Rasulullah SAW menjawab: "Sesungguhnya Al-Qur'an itu diturunkan dengan tujuh huruf, mana saja yang kalian baca berarti benar dan jangan kalian saling meragukan". [3]
Masih banyak hadits-hadits yang terkait dengan tema yang sama. Hadits-hadits yang berkenaan dengan hal itu amat banyak jumlahnya dan sebagian besar telah diselidiki oleh Ibn Jarir di dalam pengantar tafsirnya. Semuanya bisa diterima dan saling menguatkan.

B.     Pendapat tentang makna tujuh huruf
Turunnya dalam tujuh huruf sebagaimana hadits di atas menimbulkan perbedaan pendapat di antara para ulama’. Abu Khatim bin Khiban menyebutkan perbedaan ini mencapai 35 pendapat. [4] Bahkan as-Suyuthi menyebutkan perbedaan tersebut mencapai 40 pendapat. [5] Berikut ini akan dipaparkan beberapa pendapat ulama’ tentang maksud dari tujuh huruf tersebut.
Pertama: tujuh huruf tidak diartikan dengan makna yang haqiqi, namun digunakan untuk menyebutkan jumlah yang banyak. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah bacaan al-Qur’an.
Kedua: tujuh huruf diartikan dengan makna yang haqiqi, yang dimaksud di sini adalah macam- macam makna dalam al-Qur’an yakni: perintah, larangan, ancaman, kisah-kisah, perdebatan, dan perumpamaan.
Ketiga: tujuh huruf diartikan dengan makna yang haqiqi, tetapi dimaksudkan untuk menunjukkan tujuh qira’ah yang mashur. Pendapat ini dianggap batal karena riwayat ulama’ yang terdahulu menyatakan bahwa tujuh qira’ah yang ada kembali ke salah satu dari tujuh huruf yang ada dalam al-Qur’an.
Keempat: tujuh huruf diartikan dengan dengan makna yang haqiqi tetapi dimaksudkan untuk menyebutkan aspek-aspek perbedaan dalam bacaan.[6]
Ibnu Jazari menyebutkan aspek perbedaan dalam bacaan sebagai berikut:
a)   Perbedaan harakat dalam satu makna dan bentuk, seperti firman Allah:              من اطهر لكم dengan rafa’ dan nasabnya lafadz اطهر ,
b)   Perbedaan harakat sekaligus perbedaan makna, seperti firman Allah:                   ربنا باعد بين اسفارنا dengan bentuk amar dan madly dari lafadz باعد ,
c)   Perbedaan huruf sekaligus maknanya, namun masih dalam satu bentuk, seperti firman Allah: وانظر الى العظام كيف ننشزها , dan كيف ننشرها . Makna insyaz adalah mengangkat sedangkan makna insyar adalah menghidupkan,
d)  Perbedaan bentuk dalam satu makna, seperti firman Allah:  كالعهن المنفوش  dan كالعهن المنقوش ,
                                                                                                                                      
e)   Perbedaan bentuk dan makna, seperti firman Allah: وما هو على الغيب بضنين   dan وما هو على الغيب بظنين,

f)    Perbedaan ungkapan dalam mendahulukan dan mengakhirkan, seperti firman Allah: وجائت سكرة الموت بالحق dan وجائت بالموت سكرة الحق,

g)   Perbedaan dalam penambahan dan pengurangan, seperti firman Allah: ان هذا اخى له تسع وتسعون نعجة   dan ان هذا اخى له تسع وتسعون نعجة انثى.[7]
Kelima: Abu Fadl al-Razi menyatakan bahwa makna tujuh huruf tersebut adalah perbedaan bentuk isim (mufrad, tasniyah, jama’, mudzakar dan muannats), perbadaan tasrif fi’il ( madly, mudlari’, dan amar), bentuk I’rab, pengurangan dan penambahan, pendahuluan dan pengakhiran, penggantian, dan perbedaan bahasa.[8]
Keenam:  tujuh huruf digunakan dengan makna yang haqiqi. Namun yang dimaksudkan adalah tujuh bahasa dari berbagai macam bahasa orang Arab yaitu bahasa Quraisy, Kinanah, Asad bin Huzaimah, Qais, Dlabah, Hudzail, dan Taimur robab. Semua ini termasuk dari golongan Mudlar.[9]
Ketujuh: Qadli ‘Iyadl mengatakan bahwa makna tujuh huruf adalah untuk menunjukkan keleluasaan dan kemudahan dan bukan dimaksudkan jumlah bacaan.[10]
Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa sebenarnya perbedaan pendapat di antara para ulama’ tersebut bermuara pada dua sisi yakni sebagian memberi makna tujuh huruf dengan makna hakiki dan sebagian yang lain memahami dengan makna yang majazi.                                                                                                                          
C.    Antara qira’at tujuh dan tujuh huruf
Antara tujuh huruf dan tujuh qira’ah terdapat perbedaan dari segi makna. Tujuh huruf memiliki banyak pengertian sebagaimana pendapat para ulama’ di atas. Sedangkan qira’ah adalah aliran dalam pengucapan ayat al-Qur’an yang dipilih oleh salah satu dari beberapa imam di mana antara satu imam dengan imam yang lain terdapat perbedaan.
Sedangkan menurut Imam Ibnu Khatib qira’ah adalah perbedaan lafad-lafad wahyu yang dituturkan dalam huruf dan cara pengucapan lafad tersebut baik takhfif, tasydid maupun yang lain.
Para ulama’ yang ahli dalam ilmu qira’ah ada tujuh, mereka itu adalah Nafi’ Ibnu Nu’ain al-Madani, Abdullah Ibnu Katsir al-Maky, Abu ‘Amr al ‘Ala, Abdullah Ibnu ‘Amir, ‘Asim al-Asadi, Hanzah Ibnu HAbib, dan Ali Ibnu Hamzah al-Kisa’i.
Jadi tujuh qira’ah di sini tidak sama dengan tujuh huruf yang dengan itu al-Qur’an diturunkan, karena tujuh qira’ah adalah tujuh aliran dalam pembacaan al-Qur’an.
             







BAB III
Kesimpulan
Dari beberapa uraian dalam tulisan ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a)         Dasar acuan al-Qur’an dalam tujuh huruf adalah hadits-hadits yang mutawwatir,
b)         Para ulama’ berbeda pendapat dalam memahami turunnya al-Qur’an dalam tujuh huruf sebagian member makna yang haqiqi dan sebagian yang lain dengan makna majazi,
c)         Tujuh huruf dan tujuh qira’ah tidaklah sama karena yang dimaksud tujuh qira’ah adalah tujuh aliran dalam membaca al-Qur’an.


















DAFTAR PUSTAKA

Ø  al-Zarqani, Abdul Adzim, Manahil al-‘Urfan fi ulum al-Qur’an, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.
Ø  Al-Bukhariy, Shahih Bukhariy, Beirut: Dar al-Fikr, 1401 H = 1981 M.
Ø  al-Khatib, Ibn, al-Furqan,  Beirut: Dar l-Kutub al-Ilmiah, 1984.
Ø  al-Suyuthi, Jalaluddin, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, Beirut: Dar al-Fikr, 1979.
Ø  Zafzaf, Muhammad, al-Ta’rif bi al-Qur’an wa al-Hadits, Mesir: Jami’ah al-Qahirah,,tth.
Ø  Jazari, Ibnu, al-Nasr fi qira’ah al-Asr, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1970.
Ø  Maktabah Syamilah.








[1] Shohih Bukhori, juz 3 hal 227
[2] Abdul Adzim al-Zarqani, Manahil al-‘Urfan fi ulum al-Qur’an, h. 149
[3] Maktabah Syamilah.
[4]  Abu Hajar, Fath al-Bari, h. 401.
[5] Jalaluddin al-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), h. 47.
[6] Muhammad Zafzaf, al-Ta’rif bi al-Qur’an wa al-Hadits, (Mesir: Jami’ah al-Qahirah), h.41-46.
[7] Ibnu Jazari, al-Nasr fi qira’ah al-Asr, (Beirut: Dar l-Kutub al-Ilmiah), h.127.
[8] Ibnu Hajar, Fath al-Bari, h.404.
[9]  Muhammad Zafzaf, al-Ta’rif, h.49
[10] Ibn al-Khatib, al-Furqan,  (Beirut: Dar l-Kutub al-Ilmiah), h. 126.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar