HAKIKAT
MEDITASI BUDHISH DAN
PERBANDINGANNYA
DENGAN HINDUISM
A.
Hakikat
Meditasi
Pada
hakikatnya meditasi merupakan upaya atau sarana dalam membiasakan diri, agar
senantiasa mempunyai sikap yang positif, realistis, dan konstruktif.[1]
Meditasi dilakukan menggunakan akal pikiran, artinya meskipun seseorang duduk
dengan sikap sempurna, dan menggunakan waktu yang lama, namun pikirannya
berlari kemana-mana dengan liarnya maka hal semacam ini tidak dikatakan
meditasi. Meditasi Buddhis pada dasarnya berkaitan dengan dua
tema: mengubah pikiran dan menggunakannya untuk mengeksplorasi dirinya sendiri
dan fenomena lain.
Meditasi yang sebenarnya adalah pemusatan
pikiran dan pandangan tanpa adanya gangguan terhadap objek-objek lain yang
dapat merusak meditasi tersebut. Sehingga dapat terciptanya sifat welas
asih, cinta kasih dan mampu memahami hakikat kehidupan ini.
Meditasi bukan merupakan pelaksanaan kemarin atau kini. Sejak dahulu
kala orang telah melakukannya dengan berbagai cara; para yogi, orang suci dan
pencari Penerangan Sempurna dari tiap zaman telah melakukannya dan telah
memperoleh hasilnya dan mencapainya melalui meditasi. Tak pernah ada dan tak
mungkin ada suatu pembentukan akhlak atau pembersihan batin tanpa melalui meditasi
adalah jalan yang dipergunakan oleh Sang Buddha Sidharta Gotama untuk mencapai
tingkat tertinggi dari Kebijaksanaan Mutlak.
Meditasi bukan hanya bagi India atau hanya untuk zaman Sang Buddha, namun untuk
semua manusia pada situasi dan kondisi yang bagaimanapun. Batas kesukuan,
agama, batas waktu ataupun ruang tidaklah menjadi halangan untuk melakukan
meditasi.
B.
Bentuk-bentuk
meditasi dalam Budhish
Meditasi dalam Budhish terdapat dua bentuk meditasi, yaitu:
Ø Meditasi Samatha-Bhavana yaitu meditasi yang dilakukan untuk
mencapai ketenangan hidup. Meditasi ini secara umum berfungsi untuk
menghilangkan stress, frustasi, dan menciptakan keteangan batin..
Ø Meditasi Vipassana-Bhavana yaitu meditasi yang dapat membersihkan
kotoran batin dan pikiran secara total, sehingga dapat mencapai pemikiran yang
terang. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Sidharta Gautama hingga mencapai
penerangan dan pengetahuan ter tinggi.[2]
Dalam gaya meditasi Vipassana kesadaran awalnya
difokuskan pada naik dan turunnya nafas dan kemudian (saat respirasi hampir
diskors dan pikiran dan hati masih) di kedua beberapa simbol sederhana (nyala
lilin), bagian tubuh (ibu jari atau ujung hidung) atau konsep (yang diberikan
salah satunya adalah tidak mungkin untuk membangkitkan gangguan emosional atau
intelektual).
C.
Tujuan
meditasi
Dalam kepercayaan Budhish, meditasi merupakan proses pembersihan
jiwa bagi setiap penganut agama budha. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak hanya
seorang bikhu saja yang dapat melakukn meditasi.
Meditasi mempunya banyak tujuan diantaranya:
Ø Pelaksanaan meditasi dapat menbersihkan jiwa
Ø Pelaksanaan meditasi dapat menumbuhkan kebiasaan baik dari pikiran
Ø Meditasi mampu merubah tingkah laku sehari-hari, yaitu yang tergolong dari sifat-sifat tercela menjadi
lebih baik.
Ø Dapat membersihkan sifat serakah yang akan mengakibatkan
kesombongan dan rassa tidak puas hingga menjadi orang yang selalu
berterimakasih tehadap apa yang ia miliki.
Ø Hingga mampu mencapai kebahagiaan yang sejati.
D.
Perbandingan meditasi Budhish dan Hindu
Tidak
hanya meditasi yang dikenal dalam tradisi Budhish, namun dalam agama Hindu juga
memiliki tradisi ritual nyaris sama. yang biasa disebut Tapa. Tapa
artinya pengekangan diri, pengendalian indra atau hawa nafsu.[3]
Tapa juga berarti meninggalkan keduniaan, dengan cara mengendalikan diri. Tapa
atau meditasi tidak semata-mata melakukannya dengan mengasingkan diri ditepi
sungai sebagaiman yang dilakukan oleh Sidharta Gauthama atau ditepi hutan dll.
Namun tapa disini mempunyai arti yang identik dengan brata/pengendalian diri,
keinginan dan melaksanakan pantangan dalam agama Hindu. Dan dalam ajaran agama
ini tapa/ meditasi tidak terikat oleh waktu dalam arti dapat dilakukan kapan
saja dan patung-patung adalah sarana atau alat yang membantu para tapa dalam
konsentrasi tapa tersebut. Diantara tujuan meditasi dalam agama hindu antara
lain:
Ø Umat Hindu meyakini bahwa Tuhan dapat disadari dengan Meditasi dan
penyerahan diri.
Ø Patung adalah merupakan alat dalam memfokuskan pikiran dan
merupakan symbol ketuhanan.
Ø Yang dimana pada intinya tujuan meditasi adalah untuk membersihkan
hati, pikiran, tingkah laku guna
mencapai kebahagiaan yang sejati.[4]
E.
Sarana
& tempat meditasi
Dalam
agama Budha meditasi tidak hanya dilakukan ditempat-tempat ibadah misalnya di Wihara atau ditempat-tempat
ibadah lainya, namun dapat juga dilakukan di tempat-tempat terbuka.
Sarana yang digunakan
adalah patung Buddha, namun pada umumnya dalam altar Buddhis terdapat
objek-objek lain yang bertujuan untuk mengingatkan akan ajaran Buddha itu
sendiri, misalnya dupa, lilin, bunga, buah, air dan bacaan kitab-kitab suci yang dapat dimanfaatkan dalam meditasi
tersebut.
Dengan bersila di bawah pohon yang kemudian terkenal sebagai pohon Bodhi
atau pohon Penerangan Sempurna, di tepi sungai Neranjara, di Gaya (kini dikenal
dengan sebutan Buddhagaya) suatu tempat yang sejuk dan mendorong kemantapan
batin dan dengan tekad yang membaja, Sebagaimana yang di praktikan oleh Sidharta Gauthama dan begitu
pula dalam ajaran agama Hindu dapat dilakukan dikuil, atau dimana saja namum
tempat-tempat tersebut dapat membantu memfokuskan pikiran dalam meditasi tersebut.
F.
Hikmah
meditasi
Meditasi
ini adalah merupakan sarana dalam melatih kesadaran sejati, kesucian jiwa, dan
untuk mencapai pengetahuan tertinggi. Namun kesempurnaan dapat dicapai melalui
motivasi kesungguhan untuk mencapai kebahagiaan yang sejati, sehingga meditasi
ini dikatakan sebagai suatu hal yang sangat penting. Mengkonsentrasikan pikiran
dalam meditasi adalah upaya dalam mencapai kesuksesan.
Bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan untuk memfokuskan perhatian tunggal-tajam, yang
terakhir termasuk praktek-praktek bertujuan untuk mengembangkan wawasan dan
kebijaksanaan melalui melihat sifat sejati dari realitas.
G.
Daftar
pustaka
Bansi
Pandit. Pemikiran Hindu. Paramita: Surabaya. 2003
K.M.
Suhardana. Upawasa, Tapa, Dan Brata. Paramita: Surabaya. 2006
Maha
Nayaka Stavira K. Jinarakitha. Meditasi I Pendidikan Tinggi Agama Budha.
Vajra Dharma Nusantara: Jakarta. 2004
Romdhon
Dkk. Agama-Agama Di Dunia. IAIN Sunan Kalijaga Press: Yogyakarta. 1988
[1] Maha
Nayaka Sthavira A. Jinarakitha, Meditasi I Pendidikan Tinggi Agama Budha (Vajra
Dharma Nusantara: Jakarta 2004). hal. II
[2]
Mukti Ali, Agama-Agama Di Dunia (IAIN Sunan KaliJaga Press: Yogyakarta 1988).
Hal. 109
[3]
K.M. Suhardana, Upawasa, Tapa dan Brata Berdasarkan Agama Hindu, (Paramita:
Surabaya 2006). hal. 3
[4]
Bansi Pandit, Pemikiran Hindu, (Paramita: Surabaya 2003). hal. 124
Tidak ada komentar:
Posting Komentar