KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang
telah menciptakan langit dan bumi beserta semua isinya, dan telah menurunkan
Al-Qur’an melalui perantara Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat-Nya sebagai
petunjuk menuju jalan kebenaran dan jalan yang dirahmati oleh-Nya. Shalawat dan
salam selalu terlimpah dan tercurah kepada junjungan alam yakni Nabi Muhammad
Saw.
Alhamdulillah, puji dan syukur
saya panjatkan karena kami telah selesai menyusun makalah ini dengan judul
“ILMU MAKKI DAN MADANI”. Dengan maksud untuk memenuhi tugas pada mata kuliyah
Dasar-dasar Al-Qur’an.
Kami mohon ma’af kepada para
pembaca karena makalah ini masih banyak kekurangan, kekhilafan, dan kealfaan
mohon dimaklumi. Dan kami juga mengharap semoga makalah ini bermanfa’at bagi
kita semua. Amien
Jakarta,
12 Januari 2011
DAFTAR ISI
Kata pengantar ...................................................................................................... 1
Daftar isi ................................................................................................................. 2
Pendahuluan
........................................................................................................... 3
Pembahasan ........................................................................................................... 4
- Pengertian Makkiyah dan
Madaniyah ....................................................... 4
- Ciri-ciri Makkiyah dan
Madaniyah ........................................................... 8
- Klasifikasi Makkiyah dan
Madaniyah ....................................................... 10
- Manfaat Mengetahui tentang
Makkiyah dan Madaniyah .......................... 18
Kesimpulan
............................................................................................................ 21
Daftar pustaka
........................................................................................................ 22
BAB
I
Pendahuluan
Para
Ulama’ begitu tertarik untuk menyelidiki surat-surat Makki dan Madani. Mereka
meneliti Al-Qur’an ayat demi ayat dan surat demi surat untuk ditertibkan sesuai
dengan nuzul-Nya, dengan memperhatikan waktu, tempat, dan pola kalimat.
Cara
demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan kepada peneliti objektif,
gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu Makkiyah dan Madaniyah. Dan
itu pula sikap Ulama’ kita dalam melakukan pembahasan-pembahasan terhadap aspek
kajian Al-Qur’an lain-Nya. Namun untuk lebih luas kajian ini, kami paparkan dalam
tulisan makalah kami.
BAB II
Pembahasan
- Pengertian
Makkiyah dan Madaniyyah
Kata المكي
berasal dari مكة dan المدني berasal dari kata مدينة.
Kedua kata tersebut telah dimasuki “ي”
nisbah sehingga menjadi “المكي”
atau المكية dan المدني
atau
المدنية.
Secara harfiah,
المكي
atau
المكية
berarti “yang bersifat Makkah” atau “yang berasal dari Makkah”, sedangkan
المدني
atau
المدنية
berarti “yang bersifat Madinah” atau “yang berasal dari Madinah”. Maka ayat atu
surah yang turun di Mekah disebut المكية.[1]
Para
sarjana muslim mengemukakan tiga
perspektif dalam mendefinisikan teminologi Makkiyyah dan Madaniyyah. Ketiga perspektif itu adalah;
a. Masa
turun (زمان النزول)
b. Tempat
turun (مكان النزول)
Dari perspektif
masa turun, mereka mendefinisikan secara
terminologi diatas sebagai berikut:
المكي: مانزل قبل الهجرة وان كان
بغير مكة
والمدني: ما نزل بعد الهجرة وان كان
بغير مدينة
فما
نزل بعد الهجرة ولو بمكة او عرفة مدني
Artinya:
“Makkiyyah ialah ayat-ayat yang
turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, walaupun bukan turun di Mekah,
sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah hijrah ke
Madinah, walaupun bukan turun di Madinah. Ayat-ayat yang turun setelah
peristiwa hijrah disebut Madaniyyah walaupun turun di Mekah atau di Arafah.”[3]
Dengan demikian,
surat An-Nisa’ ayat 83 yang berbunyi:
#sŒÎ)ur öNèduä!%y` ÖøBr& z`ÏiB Ç`øBF{$# Írr& Å$öqy‚ø9$# (#qãã#sŒr& ¾ÏmÎ/ ( öqs9ur çnr–Šu‘ ’n<Î) ÉAqß™§9$# #†n<Î)ur ’Í<'ré& ÌøBF{$# öNåk÷]ÏB çmyJÎ=yès9 tûïÏ%©!$# ¼çmtRqäÜÎ7/ZoKó¡o„ öNåk÷]ÏB 3 Ÿwöqs9ur ã@ôÒsù «!$# öNà6øŠn=tã ¼çmçGuH÷qu‘ur ÞOçF÷èt6¨?]w z`»sÜøŠ¤±9$# žwÎ) WxŠÎ=s% ÇÑÌÈ
83. dan apabila datang kepada mereka suatu
berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau
mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah
orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari
mereka (Rasul dan ulil Amri). kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah
kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di
antaramu).
Ayat di atas termasuk
kategori Madaniyyah walaupun diturukan di Mekah, yaitu peristiwa terbukanya
kota Mekah (فتح المكة
).
Begitu pula, surat Al-Ma’idah ayat 3 termasuk kategori Madaniyyah walaupun
tidak diturunkan di Madinah karena ayat itu diturunkan pada peristiwa haji
wada’.[4]
Dari perspektif
tempat turun, mereka mendefinisikan kedua terminologi diatas sebagai berikut:
ما
نزل بمكة وماجاورها كمنى وعرفة وحديبية.
والمدني:
مانزل بالمدينة وماجاورها كأحد وقباء وسلع.
Artinya:
“Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun di Mekah dan
sekitarnya seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyah, sedangkan Madaniyyah adalah
ayat-ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba, dan Sul’a.”[5]
Terdapat celah
kelemahan dari pendefinisian diatas sebab terdapat ayat-ayat tertentu yang tidak
diturunkan di Mekah dan di Madinah dan sekitarnya. Misalnya surat At-Taubah
ayat 42. Di turunkan di Tabuk:
öqs9 tb%x. $ZÊ{tã $Y7ƒÌs% #\xÿy™ur #Y‰Ï¹$s% x8qãèt7¨?^w .`Å3»s9ur ôNy‰ãèt/ ãNÍköŽn=tã èp¤)’±9$# 4 šcqàÿÎ=ósu‹y™ur «!$$Î/ Èqs9 $oY÷èsÜtFó™$# $uZô_tsƒm: öNä3yètB tbqä3Î=ökç‰ öNåk|¦àÿRr& ª!$#ur ãNn=÷ètƒ öNåk¨XÎ) tbqç/É‹»s3s9 ÇÍËÈ
42.
“kalau yang kamu serukan kepada mereka itu Keuntungan yang mudah diperoleh dan
perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat
yang dituju itu Amat jauh terasa oleh mereka. mereka akan bersumpah dengan
(nama) Allah: "Jikalau Kami sanggup tentulah Kami berangkat
bersama-samamu." mereka membinasakan diri mereka sendiri [644][6]
dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang
berdusta.”
[644] Maksudnya
mereka akan binasa disebabkan sumpah mereka yang palsu. Surat Az-Zukhruf Ayat:
45
ö@t«ó™ur ô`tB $oYù=y™ö‘r& `ÏB y7Î=ö6s% `ÏB !$uZÎ=ß™•‘ $uZù=yèy_r& `ÏB Èbrߊ Ç`»uH÷q§9$# ZpygÏ9#uä tbr߉t7÷èムÇÍÎÈ
45.
dan Tanyakanlah kepada Rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu:
"Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah yang Maha
Pemurah?".
Diturunkan
di tengah perjalanan antara Mekah dan Madinah. Kedua ayat tersebut jika melihat definisi kedua, tidak dapat
dikategorikan ke dalam Makiyyah dan Madaniyyah.
Dari perspektif
objek pembicaraan, mereka mendifinisikan kedua terminologi di atas sebagai
berikut.
المكي:
ماكان خطابا لأهل مكة. والمدني: ما كان خطابا لأهل المدينة
Artinya:
“Makkiyyah adalah
ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Mekah, sedangkan Madaniyyah
adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Madinah.”[7]
Pendefinisian
diatas dirumuskan berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan ayat Al-Quran dimulai
dengan ungkapan ياايهاالناس
yang menjadi kriteria Makkiyyah, dan ungkapan ياايهاالذين
امنوا yang menjadi kriteria
Madaniyyah. Namun, tidak selamanya asumsi ini benar. Surat Al-Baqarah,
misalnya, termasuk kategori Madaniyyah, padahal didalamnya ungkapan ياايهاالناس
yaitu ayat 21 dan ayat 168.
$pkš‰r'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#r߉ç6ôã$# ãNä3/u‘ “Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs? ÇËÊÈ
21.
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa.”
$yg•ƒr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# (#qè=ä. $£JÏB ’Îû ÇÚö‘F{$# Wx»n=ym $Y7Íh‹sÛ Ÿwur (#qãèÎ6®Ks? ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø‹¤±9$# 4 ¼çm¯RÎ) öNä3s9 Ar߉tã îûüÎ7•B ÇÊÏÑÈ
168.” Hai sekalian
manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Jadi
dalam tiga pengertian yang telah dipakai oleh pakar Ulama’, ada dua pengertian
yang mempunyai cacat, sedangkan yang satu yaitu berada pada pengertian yang
pertama tidak mempunyai cacat karena disini terdapat patokan dan batasan yang
berlaku secara umum yang tidak dipertentangkan, dan Jumhur Ulama’ banyak yang
berpegang pada pengertian yang pertama ini.
- Ciri-ciri
Khusus dan Umum Makkiyah dan Madaniyah
Para
Ulama’ telah berusaha merumuskan ciri-ciri spesifik Makkiyah dan Madaniyah
dalam menguraikan kronologis Al-Qur’an. Mereka mengajukan dua titik tekan dalam
usahanya itu, yaitu titik tekan analogi dan titik tekan tematis. Dari titik
tekan yang pertama, mereka memformulasikan ciri-ciri khusus Makkiyah dan
Madaniyah sebgai berikut:
1. Makkiyah:
a)
Di dalamnya
terdapat ayat “sajdah”,[8]
b)
Terdapat lafadz “kalla”,
seperti firman Allah Ta’ala:
žxx.
Ÿw çm÷èÏÜè?
ô‰ßÚó™$#ur
>ÎŽtIø%$#ur
) ÇÊÒÈ
19. sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan
sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).
c) Terdapat
seruan dengan menggunakan lafadz “ ياأيها الناس “ dan tidak terdapat lafadz “
ياأيها الذين آمنوا ”,
kecuali surat Al-Hajj (22):77 yang akhirnya terdapat lafadz "ياأيها
الذين آمنوا إركعوا واسجدوا".
d) Mengandung
kisah Nabi-nabi dan umat-umat yang terdahulu, kecuali surat Al-Baqarah.
e) Terdapat
kisah nabi Adam dan Iblis, kecuali surat Al-Baqarah.
f) Surat-suratnya
dimulai dengan huruf At-tahajji atau huruf Muqoto’ah, seperti
firman Allah Ta’ala:
üÈÿè‹g!2 ÇÊÈ ãø.ÏŒ ÏMuH÷qu‘ y7În/u‘ ¼çny‰ö7tã !$ƒÌŸ2y— ÇËÈ
1.” Kaaf Haa Yaa 'Ain Shaad.”
2.”
(yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada
hamba-Nya, Zakaria.”
kecuali surat Al-Baqarah dan Ali
Imran. Mengenai surat Ar-Ra;d ada dua pendapat, jika dilihat dari segi uslub
dan temanya maka dia lebih tepat dikatakan surat Makkiyah dan sebagian Ulama’
lain mengatakan surat Madaniyah.
2. Madaniyah:
a)
Mengandung
ketentuan-ketentuan faraid dan had, seperti firman Allah Ta’ala:
y7tRqçFøÿtGó¡o„ È@è% ª!$# öNà6‹ÏFøÿム’Îû Ï's#»n=s3ø9$# 4 ÈbÎ) (#îtâöD$# y7n=yd }§øŠs9 ¼çms9 Ó$s!ur ÿ¼ã&s!ur ×M÷zé& $ygn=sù ß#óÁÏR $tB x8ts? 4 uqèdur !$ygèOÌtƒ bÎ) öN©9 `ä3tƒ $ol°; Ó$s!ur 4 bÎ*sù $tFtR%x. Èû÷ütFuZøO$# $yJßgn=sù Èb$sVè=›V9$# $®ÿÊE x8ts? 4 3 -
الأية -
176. mereka meminta fatwa kepadamu (tentang
kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah
(yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan
mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua
dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai
(seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika
saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan oleh yang meninggal.
b) Mengandung
sindiran-sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat Al-Ankabut yang
diturunkan di Makkah. Di dalamnya terdapat sebelas ayat pertama adalah
ayat-ayat Madaniyah. Di dalam ayat-ayat itu disebut tentang orang-orang munafik.
c) Mengandung
uraian tentang perdebatan dengan Ahli Kitab, seperti terdapat dalam surat
Al-Baqarah, An-Nisa’, Ali Imran, At-Taubah, dan lain-lain.
Berdasarkan
titik tekan yang kedua, para Ulama’ merumuskan ciri-ciri umum Makkiyah dan
Madaniyah sebagai berikut:
1. Makkiyah:
a)
Ayat-ayat dan
surat-suratnya pendek, nada perkataannya keras dan agak bersajak,
b)
Mengandung
seruan pokok-pokok iman kepada Allah Swt, hari akhir dan menggambarkan keadaan
surga dan neraka,
c)
Menyeru manusia
berperangai mulia dan berjalan lempang di atas kebajikan,
d)
Mendebat
orang-orang musyrik dan menerangkan kesalahan-kesalahan pendirian mereka,
e)
Banyak terdapat
lafadz sumpah,
2. Madaniyah:
a)
Menjelaskan
permasalahan ibadah, muamalah, hudud, bangunan rumah tangga, warisan,
jihad, kehidupan sosial, aturan-aturan pemerintahan menangani perdamaian dan
peperangan, serta persoalan-persoalan pembentukan hukum syara’.[9]
b)
Mengkhitobi Ahli
Kitab Yahudi dan Nashroni dan mengajaknya masuk islam, juga menguraikan
perbuatan mereka yang telah menyimpang dari kitab Allah dan menjauhi kebenaran
serta perselisihannya setelah datang kebenaran,
c)
Mengungkap
langkah-langkah orang-orang munafik.
d)
Surat dan
sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang serta menjelaskan hukum dengan terang dan
menggunakan uslub yang terang pula.
- Kalsifikasi Ayat-ayat
Makkiyah dan Madaniyah
Ayat-ayat Makkiyah turun selama 12
tahun 5 bulan dan 13 hari. Tepatnya 17 Ramadhan tahun 41 hinggah awal Rabi’ul
Awal tahun 54 dari kelahiran Nabi Muhammad saw. Perbandingan ayat-ayat yang
diturunkan di Mekkah berkisar 19/30 dan yang diturunkan di Madinah berkisar
11/30. Al-Qur’an yang berjumlah 114 surah, dimulai dari surah al-fatihah sampai
surah an-Nas.[10]
Agak sulit melacak dan
mengidentifikasi secara pasti ayat-ayat Makkiyah dan ayat-ayat Madaniyah karena
urutan tertib ayat (tartib ayah) tidak mengikuti kronologi waktu
turunnya ayat, tetapi berdasarkan petunjuk Nabi (tawqifi).
Yang
terpenting dipelajari para Ulama’ dalam pembahasan ini ialah: 1) Yang
diturunkan di Makkah; 2) Yang diturunkan di Madinah; 3) Yang diperselisihkan;
4) Ayat-ayat Madaniyah dalam surat-surat Makkiyah; 5) Ayat-ayat Makkiyah dalam
surat-surat Madaniyah; 6) Yang diturunkan di Makkah sedang hukumnya di Madinah;
7) Yang diturunkan di Madinah sedang hukumnya di Makkah; 8) Yang serupa dengan
yang diturunkan di Makkah (Makki) dalam kelompok Madani; 9) Yang serupa dengan
yang diturunkan di Madinah dalam kelompok Makki; 10) Yang dibawa dari Makkah ke
Madinah; 11) Yang dibawa dari Madinah ke Makkah; 12) Yang diturunkan di waktu malam
dan di waktu siang; 13) Yang diturun di musim panas dan di musim dingin; 14)
yang turun di waktu menetap dan dalam perjalanan.[11]
Surah-surah Makkiyah berdasarkan
kronologi turunnya adalah sebagai berikut:
Nomor Urut
|
Nomor Surah
|
Nama Surah
|
1
|
98
|
Al-‘Alaq
|
2
|
68
|
Al-qalam
|
3
|
73
|
Al-Mazzammil
|
4
|
74
|
Al-Muddatstir
|
5
|
1
|
Al-Fatihah
|
6
|
111
|
Al-masad (Al-Lahab)
|
7
|
81
|
Al-Takwir
|
8
|
87
|
Al-A’la
|
9
|
92
|
Al-Layl
|
10
|
89
|
Al-Fajr
|
11
|
93
|
Al-Dhuha
|
12
|
94
|
Al-syarah (Al-Insyirah)
|
13
|
103
|
Al-‘Ashr
|
14
|
100
|
Al-‘Adiyat
|
15
|
108
|
Al-Kaustar
|
16
|
102
|
Al-Takatsur
|
17
|
107
|
Al-Ma’un
|
18
|
109
|
Al-Kafirun
|
19
|
105
|
Al-Fil
|
20
|
113
|
Al-Falaq
|
21
|
114
|
Al-Nas
|
22
|
112
|
Al-Ikhlash
|
23
|
53
|
Al-Najm
|
24
|
80
|
‘Abasa
|
25
|
97
|
Al-Qadar
|
26
|
91
|
Al-Syam
|
27
|
85
|
Al-Buruj
|
28
|
95
|
Al-tin
|
29
|
106
|
Al-Quraisy
|
30
|
101
|
Al-Qari’ah
|
31
|
75
|
Al-Qiyamah
|
32
|
104
|
Al-Humazah
|
33
|
77
|
Al-Mursalat
|
34
|
50
|
Qarf
|
35
|
90
|
Al-Balad
|
36
|
86
|
Al-Thariq
|
37
|
54
|
Al-qamar
|
38
|
38
|
Shad
|
39
|
7
|
Al-A’raf
|
40
|
72
|
Al-Jinn
|
41
|
36
|
Yasin
|
42
|
25
|
Al-Furqan
|
43
|
35
|
Fathir
|
44
|
19
|
Maryam
|
45
|
20
|
Thaha
|
46
|
56
|
Al-Waqi’ah
|
47
|
26
|
Al-Syu’ara
|
48
|
27
|
Al-Naml
|
49
|
28
|
Al-qashash
|
50
|
17
|
Al-Isra’
|
51
|
10
|
Yunus
|
52
|
11
|
Hud
|
53
|
12
|
Yusuf
|
54
|
15
|
Al-Hijr
|
55
|
6
|
Al-An’am
|
56
|
37
|
Al-Shaffat
|
57
|
31
|
Luqman
|
58
|
34
|
Saba’
|
59
|
39
|
Al-Zumar
|
60
|
40
|
Ghafir
|
61
|
41
|
Fushshilat
|
62
|
42
|
Al-Syura
|
63
|
43
|
Al-Zukhruf
|
64
|
44
|
Al-Dukhan
|
65
|
45
|
Al-Jatsiah
|
66
|
46
|
Al-Ahqaf
|
67
|
51
|
Al-Dzariyat
|
68
|
88
|
Al-Ghasyiyah
|
69
|
18
|
Al-Kahfi
|
70
|
16
|
Al-Nahl
|
71
|
71
|
Nuh
|
72
|
14
|
Ibrahim
|
73
|
21
|
Al-Anbiya
|
74
|
23
|
Al-Mu’minun
|
75
|
32
|
Al-Sajadah
|
76
|
52
|
Al-Thur
|
77
|
67
|
Al-Mulk
|
78
|
69
|
Al-Haqqah
|
79
|
70
|
Al-Ma’arij
|
80
|
78
|
Al-Naba’
|
81
|
79
|
Al-Nazi’at
|
82
|
82
|
Al-Infithar
|
83
|
84
|
Al-Insyiqaq
|
84
|
30
|
Al-Rum
|
85
|
29
|
Al-Ankabut
|
86
|
83
|
Al-Muthaffifin
|
Kalangan ulama’ tafsir
berpendapat bahwa surah al-Muthaffifin (Tahfif) adalah surah yang terakhir
turun di Makkah. Menurut al-Khudhari, selain surah-surah tersebut masih ada
lagi surah-surah tersebut yang dimasukkan ke dalam Makkiyah, yakni:
No urut
|
Nomor surah
|
Nama surah
|
87
|
99
|
Al-Zalzalah
|
88
|
13
|
Al-Ra’d
|
89
|
55
|
Al-Rahman
|
90
|
76
|
Al-Insan
|
91
|
98
|
Al-Bayyinah
|
Adapun surah-surah Madaniyah
berdasarkan tertib turunnya ialah sebagai berikut:
Nomor Urut
|
Nomor Surah
|
Nama surah
|
1
|
2
|
Al-Baqarah
|
2
|
8
|
Al-Anfal
|
3
|
73
|
Alu Imran
|
4
|
33
|
Al-Ahzab
|
5
|
60
|
Al-Mumtahanah
|
6
|
4
|
Al-Nisa’
|
7
|
57
|
Al-Hadid
|
8
|
47
|
Al-Qital (Muhammad)
|
9
|
65
|
Al-Thalaq
|
10
|
59
|
Al-Hasyr
|
11
|
24
|
Al-Nur
|
12
|
22
|
Al-Hajj
|
13
|
63
|
Al-Munafiqun
|
14
|
58
|
Al-Mujadilah
|
15
|
49
|
Al-Hujurat
|
16
|
66
|
Al-Tahrim
|
17
|
64
|
At-Tabaghabun
|
18
|
61
|
Al-Shaf
|
19
|
62
|
Al-Jumu’ah
|
20
|
48
|
Al-fath
|
21
|
5
|
Al-Maidah
|
22
|
9
|
Al-Tawbah
|
23
|
110
|
Al-Nasr
|
Ke-23 kelompok ayat ini belum disepakati para
ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa kelompok surah-surah Madaniyah berjumlah
28 dengan memasukkan kelima surah di atas (surah 99,13,55,76 dan 98).
Menurut Ibnu Hashshar dalam kitab al-Nasikh wa
al-Mansukh, surah-surah yang disepakati turun di Mekah berjumlah 28.
Sedangkan surah yang turun di Madinah disepakati berjumlah 20, yaitu:
Nomor Urut
|
Nomor Surah
|
Nama Surah
|
1
|
2
|
Al- Baqarah
|
2
|
3
|
Alu Imran
|
3
|
4
|
Al-Nisa
|
4
|
5
|
Al- Ma’idah
|
5
|
8
|
Al-Anfal
|
6
|
9
|
Al-Tawbah
|
7
|
24
|
Al-Nur
|
8
|
33
|
Al-Ahzab
|
9
|
47
|
Muhammad
|
10
|
48
|
Al-Fath
|
11
|
49
|
Al-Hujurat
|
12
|
57
|
Al-Hadid
|
13
|
58
|
Al-Mujadilah
|
14
|
59
|
Al-Hasyr
|
15
|
60
|
Al-Mumtahanah
|
16
|
62
|
Al-Jumu’ah
|
17
|
63
|
Al- Munafiqun
|
18
|
65
|
Al-Thalaq
|
19
|
66
|
Al-Tahrim
|
20
|
110
|
Al-Nashr
|
Surah-surah
yang diperselisihkan ada 12 yaitu :
1. Al-Fatihah 7.Al-Qadar
2. Al-Ra’d 8.
Al-Bayyinah
3. Al-Rahman 9.
Al-Zalzalah
4. Al-Shaf 10.
Al-Ikhlash
5. Al-Taghabun 11.
Al-Falaq
6. Al-Tathfif 12. An-Nas
Ayat-ayat
yang di turunkan pada waktu malam hari sebagai berikut:
No
|
Waktu turunnya Ayat
|
Nama Surah
|
Ayat
|
1
|
Dalam perang Bani Musthaliq
|
AL-Fath
|
1
|
2
|
Raka’at kedua dari Shalat Isya’
|
Al-Imron
|
128
|
3
|
Dalam kemah
|
Al-Maidah
|
67
|
4
|
Dalam perang Al-Ahzab
|
Al-Ahzab
|
9
|
5
|
Malam Isyra’ Mi’raj
|
Az-Zukhruf
|
45
|
Ayat-ayat
yang di turunkan pada siang hari sebagai berikut:
No
|
Waktu turunnya Ayat
|
Nama surah
|
Ayat
|
1
|
Dalam perang Tabuk
|
At-Taubah
|
81
|
2
|
Di saat pertempuran Badar
|
Al-Baqarah
|
189
|
3
|
Dalam perang Tabuk
|
Al-Isra’
|
76
|
- Manfaat
Mengetahui tentang Makkiyah dan Madaniyah
An-Naisaburi,
dalam kitabnya At-Tinbah ‘ala Fadhl ‘Ulum Al-Qur’an, memandang subjek
Makkiyah dan Madaniyah sebagai ilmu Al-Qur’an yang paling utama. Semntara itu,
Manna’ Al-Qaththan mencoba lebih jauh lagi dalam mendeskripsikan manfaat
mengetahui Makkiyah dan Madaniyah sebagai berikut:
- Membantu
dalam Menafsirkan Al-Qur’an
Pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa
di seputar turunnya Al-Qur’an tentu sangat membantu memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an,
kendatipun ada teori yang mengatakan bahwa yang harus menjadi patokan adalah
keumuman redaksi ayat dan bukan kekhususan sebab. Dengan mengetahui kronologis
Al-Qur’an pula, seorang mefassir dapat memecahkan makna kontradiktif dalam dua
ayat yang berbeda, yaitu dengan pemecahan konsep nasikh-mansukh yang
hanya bisa diketahui melalui kronologi Al-Qur’an.
- Pedoman
bagi Langkah-langkah Dakwah
Setiap kondisi tetu saja memerlukan
ungkapan-ungkapan yang relevan. Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda yang di
gunakan ayat-ayat Makkiyah dan ayat-ayat Madaniyah memberikan informasi
metodologi bagi cara-cara menyampaikan dakwah agar relevan dengan orang
diserunya. Oleh karena itu, dakwah Islam berhasil mengetuk hati dan
menyembuhkan segala penyakit rohani orang-orang yang diserunya. Di samping itu,
setiap langkah-langkah dakwah memilki objek kajian dan metode-metode tertentu,
seiring dengan perbedaan kondisi sosio-kultural manusia. Periodisasi Makkiyah
dan Madaniyah telah memberikan contoh untuk.
- Memberi
Informasi tentang Sirah Kenabian
Penahapan turunnya wahyu seiring dengan
perjalanan dakwah Nabi, baik di Makkah atau di Madinah, dimulai sejak diturunkannya
wahyu pertama sampai diturunkannya wahyu terakhir. Al-Qur’an adalah rujukan
otentik bagi perjalanan dakwah Nabi itu. Informasi tidak bisa diragukan lagi.
BAB
III
Kesimpulan
Ilmu Makkiyah dan Madaniyah
didefinisikan kepada tiga persepektif: yakni dari masa turun, tempat turun, dan
objek pembicaraan. Tapi dari tiga definisi yang telah dipakai oleh pakar Ulama’
tersebut, ada dua definisi yang mempunyai cacat: yaitu definisi yang kedua dan
ketiga, dan banyak dari mereka yang berpegang pada definisi pertama, karena pada
definisi in terdapat patokan dan batasan yang berlaku secara umum yang tidak di
pertentangkan.
DAFTAR PUSTAKA
§ al-Zarkasyi,
Bahruddin Muhammad bin Abdullah, Al-burhan fi ulum Qur’an, jilid 1,
Kairo: Isa al-Baby al-Halaby, 1957.
§ Suyuthi,
Jalal Ad-Din As-, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an, Dar Al-fikr, Beirut, t.t.
§ al-Qathan,
Manna’, Mabahits fi ulum Qur’an, Riyadh: Mansyurat al-Ashr al-Hadits,
t.th.
§ Shihab,
H.M. Quraish, Sejarah dan Ulum Qur’an, PT pustaka firdaus, Jakarta, 2008.
§ ash-Shiddieqy,
Tengku Muhammad Hasbi, sejarah dan pengantar ilmu qur’an dan tafsir,
semarang, PT. Pustaka rizki putra, cetakan ketiga, 2000.
§ ash-Shiddieqy,
Tengku Muhammad hasbi, ilmu-ilmu Al-Quran, semarang, cetakan kedua, 2002.
§ Anwar,
DR. Rosihon, M.Ag., ulum Al-Qur’an, Bandung, cetakan pertama, CV pustaka
setia, 2008.
§ Anwar,
DR. Rosihon, M.Ag., Pengantar ulumul Qur’an, Bandung, cetakan pertama,
CV pustaka setia, 2009.
§ Yusuf,
Dr. Kadar M.Ag., Studi Al-Qur’an, Jakarta, cetakan pertama, Amzah, 2009.
[1]Dr. Kadar M. Yusuf, M.Ag, Studi Al-qur’an, hlm. 15-16.
[2]
Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an, Mansyurat
Al-‘Ashr Al-Hadits, ttp. 1973, hlm. 61-62
[3]
Badr Al-Din Muhammad bin
Abdillah Az-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an, jilid 1, hlm. 187.
[4]Al-Qaththan, op. cit., hlm. 61
[5] Al-Qaththan, op. cit., hlm. 62
[6]
Maksudnya mereka akan binasa disebabkan sumpah mereka yang palsu.
[7]
Al-Qaththan, loc. Cit.
[8]
Ada yang mengatakan bahwa ayat sajdah semuanya ada 16 ayat; Al-Itqon 1:29
[9]
Dr. Rosihan Anwar, M.Ag., Ulum Al-Qur’an, hal.107
[10]
Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Sejarah dan ulum Al-Qur’an, hal.64
[11]
Manna’ Khalil Al-Qattan, studi ilmu-ilmu Al-Qur’an, hal 73
Tidak ada komentar:
Posting Komentar