Kamis, 02 Januari 2014

Ilmu Makki & Madani


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang telah menciptakan langit dan bumi beserta semua isinya, dan telah menurunkan Al-Qur’an melalui perantara Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat-Nya sebagai petunjuk menuju jalan kebenaran dan jalan yang dirahmati oleh-Nya. Shalawat dan salam selalu terlimpah dan tercurah kepada junjungan alam yakni Nabi Muhammad Saw.
Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan karena kami telah selesai menyusun makalah ini dengan judul “ILMU MAKKI DAN MADANI”. Dengan maksud untuk memenuhi tugas pada mata kuliyah Dasar-dasar Al-Qur’an.
Kami mohon ma’af kepada para pembaca karena makalah ini masih banyak kekurangan, kekhilafan, dan kealfaan mohon dimaklumi. Dan kami juga mengharap semoga makalah ini bermanfa’at bagi kita semua. Amien   
                                                                                   
                                                                                                Jakarta, 12  Januari 2011




                                      

DAFTAR ISI
Kata pengantar ......................................................................................................  1
Daftar isi .................................................................................................................  2
Pendahuluan ........................................................................................................... 3
Pembahasan ...........................................................................................................  4
  1. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah .......................................................    4
  2. Ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah ...........................................................     8
  3. Klasifikasi Makkiyah dan Madaniyah .......................................................    10
  4. Manfaat Mengetahui tentang Makkiyah dan Madaniyah ..........................    18
Kesimpulan ............................................................................................................   21
Daftar pustaka ........................................................................................................ 22









BAB I
Pendahuluan
Para Ulama’ begitu tertarik untuk menyelidiki surat-surat Makki dan Madani. Mereka meneliti Al-Qur’an ayat demi ayat dan surat demi surat untuk ditertibkan sesuai dengan nuzul-Nya, dengan memperhatikan waktu, tempat, dan pola kalimat.
Cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan kepada peneliti objektif, gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu Makkiyah dan Madaniyah. Dan itu pula sikap Ulama’ kita dalam melakukan pembahasan-pembahasan terhadap aspek kajian Al-Qur’an lain-Nya. Namun untuk lebih luas kajian ini, kami paparkan dalam tulisan makalah kami.












BAB II
Pembahasan
  1. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah
Kata المكي berasal dari مكة dan المدني berasal dari kata مدينة. Kedua kata tersebut telah dimasuki “ي” nisbah sehingga menjadi “المكي” atau المكية dan المدني atau المدنية.
Secara harfiah, المكي atau المكية berarti “yang bersifat Makkah” atau “yang berasal dari Makkah”, sedangkan المدني atau المدنية berarti “yang bersifat Madinah” atau “yang berasal dari Madinah”. Maka ayat atu surah yang turun di Mekah disebut المكية.[1]
Para sarjana muslim mengemukakan tiga perspektif dalam mendefinisikan teminologi Makkiyyah dan Madaniyyah. Ketiga perspektif itu adalah;
a.       Masa turun (زمان النزول)
b.      Tempat turun (مكان النزول)
c.       Objek pembicaraan (مخاطب).[2]
Dari perspektif masa turun, mereka mendefinisikan secara terminologi diatas sebagai berikut:
المكي: مانزل قبل الهجرة وان كان بغير مكة
والمدني: ما نزل بعد الهجرة وان كان بغير مدينة
 فما نزل بعد الهجرة ولو بمكة او عرفة مدني
Artinya:
Makkiyyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, walaupun bukan turun di Mekah, sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah, walaupun bukan turun di Madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut Madaniyyah walaupun turun di Mekah atau di Arafah.[3]
Dengan demikian, surat An-Nisa’ ayat 83 yang berbunyi:
#sŒÎ)ur öNèduä!%y` ֍øBr& z`ÏiB Ç`øBF{$# Írr& Å$öqyø9$# (#qãã#sŒr& ¾ÏmÎ/ ( öqs9ur çnrŠu n<Î) ÉAqߧ9$# #n<Î)ur Í<'ré& ̍øBF{$# öNåk÷]ÏB çmyJÎ=yès9 tûïÏ%©!$# ¼çmtRqäÜÎ7/ZoKó¡o öNåk÷]ÏB 3 Ÿwöqs9ur ã@ôÒsù «!$# öNà6øŠn=tã ¼çmçGuH÷quur ÞOçF÷èt6¨?]w z`»sÜøŠ¤±9$# žwÎ) WxŠÎ=s% ÇÑÌÈ  
83. dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).
Ayat di atas termasuk kategori Madaniyyah walaupun diturukan di Mekah, yaitu peristiwa terbukanya kota Mekah (فتح المكة ). Begitu pula, surat Al-Ma’idah ayat 3 termasuk kategori Madaniyyah walaupun tidak diturunkan di Madinah karena ayat itu diturunkan pada peristiwa haji wada’.[4]
Dari perspektif tempat turun, mereka mendefinisikan kedua terminologi diatas sebagai berikut:
ما نزل بمكة وماجاورها كمنى وعرفة وحديبية.
والمدني: مانزل بالمدينة وماجاورها كأحد وقباء وسلع.
Artinya:
Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun di Mekah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyah, sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba, dan Sul’a.[5]
Terdapat celah kelemahan dari pendefinisian diatas sebab terdapat ayat-ayat tertentu yang tidak diturunkan di Mekah dan di Madinah dan sekitarnya. Misalnya surat At-Taubah ayat 42. Di turunkan di Tabuk:
öqs9 tb%x. $ZÊ{tã $Y7ƒÌs% #\xÿyur #YϹ$s% x8qãèt7¨?^w .`Å3»s9ur ôNyãèt/ ãNÍköŽn=tã èp¤)±9$# 4 šcqàÿÎ=ósuyur «!$$Î/ Èqs9 $oY÷èsÜtFó$# $uZô_tsƒm: öNä3yètB tbqä3Î=ökç öNåk|¦àÿRr& ª!$#ur ãNn=÷ètƒ öNåk¨XÎ) tbqç/É»s3s9 ÇÍËÈ  
42. “kalau yang kamu serukan kepada mereka itu Keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu Amat jauh terasa oleh mereka. mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau Kami sanggup tentulah Kami berangkat bersama-samamu." mereka membinasakan diri mereka sendiri [644][6] dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.”
[644] Maksudnya mereka akan binasa disebabkan sumpah mereka yang palsu. Surat Az-Zukhruf Ayat: 45
ö@t«óur ô`tB $oYù=yör& `ÏB y7Î=ö6s% `ÏB !$uZÎ=ß $uZù=yèy_r& `ÏB Èbrߊ Ç`»uH÷q§9$# ZpygÏ9#uä tbrßt7÷èムÇÍÎÈ  
45. dan Tanyakanlah kepada Rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu: "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah yang Maha Pemurah?".
Diturunkan di tengah perjalanan antara Mekah dan Madinah. Kedua ayat tersebut  jika melihat definisi kedua, tidak dapat dikategorikan ke dalam Makiyyah dan Madaniyyah.
Dari perspektif objek pembicaraan, mereka mendifinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut.
المكي: ماكان خطابا لأهل مكة. والمدني: ما كان خطابا لأهل المدينة
Artinya:
“Makkiyyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Mekah, sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Madinah.”[7]
Pendefinisian diatas dirumuskan berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan ayat Al-Quran dimulai dengan ungkapan ياايهاالناس yang menjadi kriteria Makkiyyah, dan ungkapan ياايهاالذين امنوا  yang menjadi kriteria Madaniyyah. Namun, tidak selamanya asumsi ini benar. Surat Al-Baqarah, misalnya, termasuk kategori Madaniyyah, padahal didalamnya ungkapan ياايهاالناس yaitu ayat 21 dan ayat 168.
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3­/u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇËÊÈ    
21. “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”

$ygƒr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# (#qè=ä. $£JÏB Îû ÇÚöF{$# Wx»n=ym $Y7ÍhsÛ Ÿwur (#qãèÎ6®Ks? ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$# 4 ¼çm¯RÎ) öNä3s9 Arßtã îûüÎ7B ÇÊÏÑÈ  
168. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
            Jadi dalam tiga pengertian yang telah dipakai oleh pakar Ulama’, ada dua pengertian yang mempunyai cacat, sedangkan yang satu yaitu berada pada pengertian yang pertama tidak mempunyai cacat karena disini terdapat patokan dan batasan yang berlaku secara umum yang tidak dipertentangkan, dan Jumhur Ulama’ banyak yang berpegang pada pengertian yang pertama ini.   
  1. Ciri-ciri Khusus dan Umum Makkiyah dan Madaniyah
Para Ulama’ telah berusaha merumuskan ciri-ciri spesifik Makkiyah dan Madaniyah dalam menguraikan kronologis Al-Qur’an. Mereka mengajukan dua titik tekan dalam usahanya itu, yaitu titik tekan analogi dan titik tekan tematis. Dari titik tekan yang pertama, mereka memformulasikan ciri-ciri khusus Makkiyah dan Madaniyah sebgai berikut:
1.      Makkiyah:
a)        Di dalamnya terdapat ayat “sajdah”,[8]
b)        Terdapat lafadz “kalla”, seperti firman Allah Ta’ala:
žxx. Ÿw çm÷èÏÜè? ôßÚó$#ur >ÎŽtIø%$#ur ) ÇÊÒÈ  
19. sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).
c)      Terdapat seruan dengan menggunakan lafadz ياأيها الناس “ dan tidak terdapat lafadz ياأيها الذين آمنوا, kecuali surat Al-Hajj (22):77 yang akhirnya terdapat  lafadz "ياأيها الذين آمنوا إركعوا واسجدوا".
d)     Mengandung kisah Nabi-nabi dan umat-umat yang terdahulu, kecuali surat Al-Baqarah.
e)      Terdapat kisah nabi Adam dan Iblis, kecuali surat Al-Baqarah.
f)       Surat-suratnya dimulai dengan huruf At-tahajji atau huruf Muqoto’ah, seperti firman Allah Ta’ala:
üÈÿèg!2 ÇÊÈ   ãø.ÏŒ ÏMuH÷qu y7În/u ¼çnyö7tã !$­ƒÌŸ2y ÇËÈ  
1.” Kaaf Haa Yaa 'Ain Shaad.”
2.” (yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria.”
kecuali surat Al-Baqarah dan Ali Imran. Mengenai surat Ar-Ra;d ada dua pendapat, jika dilihat dari segi uslub dan temanya maka dia lebih tepat dikatakan surat Makkiyah dan sebagian Ulama’ lain mengatakan surat Madaniyah.
2.      Madaniyah:
a)    Mengandung ketentuan-ketentuan faraid dan had, seperti firman Allah Ta’ala:
y7tRqçFøÿtGó¡o È@è% ª!$# öNà6ÏFøÿムÎû Ï's#»n=s3ø9$# 4 ÈbÎ) (#îtâöD$# y7n=yd }§øŠs9 ¼çms9 Ó$s!ur ÿ¼ã&s!ur ×M÷zé& $ygn=sù ß#óÁÏR $tB x8ts? 4 uqèdur !$ygèO̍tƒ bÎ) öN©9 `ä3tƒ $ol°; Ó$s!ur 4 bÎ*sù $tFtR%x. Èû÷ütFuZøO$# $yJßgn=sù Èb$sVè=V9$# $®ÿÊE x8ts? 4 3 - الأية -
176. mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal.
b)      Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat Al-Ankabut yang diturunkan di Makkah. Di dalamnya terdapat sebelas ayat pertama adalah ayat-ayat Madaniyah. Di dalam ayat-ayat itu disebut tentang orang-orang munafik.
c)      Mengandung uraian tentang perdebatan dengan Ahli Kitab, seperti terdapat dalam surat Al-Baqarah, An-Nisa’, Ali Imran, At-Taubah, dan lain-lain.
Berdasarkan titik tekan yang kedua, para Ulama’ merumuskan ciri-ciri umum Makkiyah dan Madaniyah sebagai berikut:
1.      Makkiyah:
a)         Ayat-ayat dan surat-suratnya pendek, nada perkataannya keras dan agak bersajak,
b)        Mengandung seruan pokok-pokok iman kepada Allah Swt, hari akhir dan menggambarkan keadaan surga dan neraka,
c)         Menyeru manusia berperangai mulia dan berjalan lempang di atas kebajikan,
d)        Mendebat orang-orang musyrik dan menerangkan kesalahan-kesalahan pendirian mereka,
e)         Banyak terdapat lafadz sumpah,
2.      Madaniyah:
a)         Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah, hudud, bangunan rumah tangga, warisan, jihad, kehidupan sosial, aturan-aturan pemerintahan menangani perdamaian dan peperangan, serta persoalan-persoalan pembentukan hukum syara’.[9]
b)        Mengkhitobi Ahli Kitab Yahudi dan Nashroni dan mengajaknya masuk islam, juga menguraikan perbuatan mereka yang telah menyimpang dari kitab Allah dan menjauhi kebenaran serta perselisihannya setelah datang kebenaran,
c)         Mengungkap langkah-langkah orang-orang munafik.
d)        Surat dan sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang serta menjelaskan hukum dengan terang dan menggunakan uslub yang terang pula.

  1. Kalsifikasi Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah
         Ayat-ayat Makkiyah turun selama 12 tahun 5 bulan dan 13 hari. Tepatnya 17 Ramadhan tahun 41 hinggah awal Rabi’ul Awal tahun 54 dari kelahiran Nabi Muhammad saw. Perbandingan ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah berkisar 19/30 dan yang diturunkan di Madinah berkisar 11/30. Al-Qur’an yang berjumlah 114 surah, dimulai dari surah al-fatihah sampai surah an-Nas.[10]
           Agak sulit melacak dan mengidentifikasi secara pasti ayat-ayat Makkiyah dan ayat-ayat Madaniyah karena urutan tertib ayat (tartib ayah) tidak mengikuti kronologi waktu turunnya ayat, tetapi berdasarkan petunjuk Nabi (tawqifi).
Yang terpenting dipelajari para Ulama’ dalam pembahasan ini ialah: 1) Yang diturunkan di Makkah; 2) Yang diturunkan di Madinah; 3) Yang diperselisihkan; 4) Ayat-ayat Madaniyah dalam surat-surat Makkiyah; 5) Ayat-ayat Makkiyah dalam surat-surat Madaniyah; 6) Yang diturunkan di Makkah sedang hukumnya di Madinah; 7) Yang diturunkan di Madinah sedang hukumnya di Makkah; 8) Yang serupa dengan yang diturunkan di Makkah (Makki) dalam kelompok Madani; 9) Yang serupa dengan yang diturunkan di Madinah dalam kelompok Makki; 10) Yang dibawa dari Makkah ke Madinah; 11) Yang dibawa dari Madinah ke Makkah; 12) Yang diturunkan di waktu malam dan di waktu siang; 13) Yang diturun di musim panas dan di musim dingin; 14) yang turun di waktu menetap dan dalam perjalanan.[11]
            Surah-surah Makkiyah berdasarkan kronologi turunnya adalah sebagai berikut:
Nomor Urut
Nomor Surah
Nama Surah
1
98
Al-‘Alaq
2
68
Al-qalam
3
73
Al-Mazzammil
4
74
Al-Muddatstir
5
1
Al-Fatihah
6
111
Al-masad (Al-Lahab)
7
81
Al-Takwir
8
87
Al-A’la
9
92
Al-Layl
10
89
Al-Fajr
11
93
Al-Dhuha
12
94
Al-syarah (Al-Insyirah)
13
103
Al-‘Ashr
14
100
Al-‘Adiyat
15
108
Al-Kaustar
16
102
Al-Takatsur
17
107
Al-Ma’un
18
109
Al-Kafirun
19
105
Al-Fil
20
113
Al-Falaq
21
114
Al-Nas
22
112
Al-Ikhlash
23
53
Al-Najm
24
80
‘Abasa
25
97
Al-Qadar
26
91
Al-Syam
27
85
Al-Buruj
28
95
Al-tin
29
106
Al-Quraisy
30
101
Al-Qari’ah
31
75
Al-Qiyamah
32
104
Al-Humazah
33
77
Al-Mursalat
34
50
Qarf
35
90
Al-Balad
36
86
Al-Thariq
37
54
Al-qamar
38
38
Shad
39
7
Al-A’raf
40
72
Al-Jinn
41
36
Yasin
42
25
Al-Furqan
43
35
Fathir
44
19
Maryam
45
20
Thaha
46
56
Al-Waqi’ah
47
26
Al-Syu’ara
48
27
Al-Naml
49
28
Al-qashash
50
17
Al-Isra’
51
10
Yunus
52
11
Hud
53
12
Yusuf
54
15
Al-Hijr
55
6
Al-An’am
56
37
Al-Shaffat
57
31
Luqman
58
34
Saba’
59
39
Al-Zumar
60
40
Ghafir
61
41
Fushshilat
62
42
Al-Syura
63
43
Al-Zukhruf
64
44
Al-Dukhan
65
45
Al-Jatsiah
66
46
Al-Ahqaf
67
51
Al-Dzariyat
68
88
Al-Ghasyiyah
69
18
Al-Kahfi
70
16
Al-Nahl
71
71
Nuh
72
14
Ibrahim
73
21
Al-Anbiya
74
23
Al-Mu’minun
75
32
Al-Sajadah
76
52
Al-Thur
77
67
Al-Mulk
78
69
Al-Haqqah
79
70
Al-Ma’arij
80
78
Al-Naba’
81
79
Al-Nazi’at
82
82
Al-Infithar
83
84
Al-Insyiqaq
84
30
Al-Rum
85
29
Al-Ankabut
86
83
Al-Muthaffifin

               Kalangan ulama’ tafsir berpendapat bahwa surah al-Muthaffifin (Tahfif) adalah surah yang terakhir turun di Makkah. Menurut al-Khudhari, selain surah-surah tersebut masih ada lagi surah-surah tersebut yang dimasukkan ke dalam Makkiyah, yakni:
No urut
Nomor surah
Nama surah
87
99
Al-Zalzalah
88
13
Al-Ra’d
89
55
Al-Rahman
90
76
Al-Insan
91
98
Al-Bayyinah

                     Adapun surah-surah Madaniyah berdasarkan tertib turunnya ialah sebagai berikut:
Nomor Urut
Nomor Surah
Nama surah
1
2
Al-Baqarah
2
8
Al-Anfal
3
73
Alu Imran
4
33
Al-Ahzab
5
60
Al-Mumtahanah
6
4
Al-Nisa’
7
57
Al-Hadid
8
47
Al-Qital (Muhammad)
9
65
Al-Thalaq
10
59
Al-Hasyr
11
24
Al-Nur
12
22
Al-Hajj
13
63
Al-Munafiqun
14
58
Al-Mujadilah
15
49
Al-Hujurat
16
66
Al-Tahrim
17
64
At-Tabaghabun
18
61
Al-Shaf
19
62
Al-Jumu’ah
20
48
Al-fath
21
5
Al-Maidah
22
9
Al-Tawbah
23
110
Al-Nasr

             Ke-23 kelompok ayat ini belum disepakati para ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa kelompok surah-surah Madaniyah berjumlah 28 dengan memasukkan kelima surah di atas (surah 99,13,55,76 dan 98).
            Menurut Ibnu Hashshar dalam kitab al-Nasikh wa al-Mansukh, surah-surah yang disepakati turun di Mekah berjumlah 28. Sedangkan surah yang turun di Madinah disepakati berjumlah 20, yaitu:
Nomor Urut
Nomor Surah
Nama Surah
1
2
Al- Baqarah
2
3
Alu Imran
3
4
Al-Nisa
4
5
Al- Ma’idah
5
8
Al-Anfal
6
9
Al-Tawbah
7
24
Al-Nur
8
33
Al-Ahzab
9
47
Muhammad
10
48
Al-Fath
11
49
Al-Hujurat
12
57
Al-Hadid
13
58
Al-Mujadilah
14
59
Al-Hasyr
15
60
Al-Mumtahanah
16
62
Al-Jumu’ah
17
63
Al- Munafiqun
18
65
Al-Thalaq
19
66
Al-Tahrim
20
110
Al-Nashr


Surah-surah yang diperselisihkan ada 12 yaitu :
1. Al-Fatihah                                             7.Al-Qadar                 
2. Al-Ra’d                                                 8. Al-Bayyinah                       
3. Al-Rahman                                            9. Al-Zalzalah
4. Al-Shaf                                                  10. Al-Ikhlash
5. Al-Taghabun                                          11. Al-Falaq   
6. Al-Tathfif                                              12.  An-Nas
Ayat-ayat yang di turunkan pada waktu malam hari sebagai berikut:
No
Waktu turunnya Ayat
Nama Surah
Ayat
1
Dalam perang Bani Musthaliq
AL-Fath
1
2
Raka’at kedua dari Shalat Isya’
Al-Imron
128
3
Dalam kemah
Al-Maidah
67
4
Dalam perang Al-Ahzab
Al-Ahzab
9
5
Malam Isyra’ Mi’raj
Az-Zukhruf
45

          Ayat-ayat yang di turunkan pada siang hari sebagai berikut:
No
Waktu turunnya Ayat
Nama surah
Ayat
1
Dalam perang Tabuk
At-Taubah
81
2
Di saat pertempuran Badar
Al-Baqarah
189
3
Dalam perang Tabuk
Al-Isra’
76

  1. Manfaat Mengetahui tentang Makkiyah dan Madaniyah
          An-Naisaburi, dalam kitabnya At-Tinbah ‘ala Fadhl ‘Ulum Al-Qur’an, memandang subjek Makkiyah dan Madaniyah sebagai ilmu Al-Qur’an yang paling utama. Semntara itu, Manna’ Al-Qaththan mencoba lebih jauh lagi dalam mendeskripsikan manfaat mengetahui Makkiyah dan Madaniyah sebagai berikut:
  1. Membantu dalam Menafsirkan Al-Qur’an
Pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa di seputar turunnya Al-Qur’an tentu sangat membantu memahami  dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, kendatipun ada teori yang mengatakan bahwa yang harus menjadi patokan adalah keumuman redaksi ayat dan bukan kekhususan sebab. Dengan mengetahui kronologis Al-Qur’an pula, seorang mefassir dapat memecahkan makna kontradiktif dalam dua ayat yang berbeda, yaitu dengan pemecahan konsep nasikh-mansukh yang hanya bisa diketahui melalui kronologi Al-Qur’an.
  1. Pedoman bagi Langkah-langkah Dakwah
Setiap kondisi tetu saja memerlukan ungkapan-ungkapan yang relevan. Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda yang di gunakan ayat-ayat Makkiyah dan ayat-ayat Madaniyah memberikan informasi metodologi bagi cara-cara menyampaikan dakwah agar relevan dengan orang diserunya. Oleh karena itu, dakwah Islam berhasil mengetuk hati dan menyembuhkan segala penyakit rohani orang-orang yang diserunya. Di samping itu, setiap langkah-langkah dakwah memilki objek kajian dan metode-metode tertentu, seiring dengan perbedaan kondisi sosio-kultural manusia. Periodisasi Makkiyah dan Madaniyah telah memberikan contoh untuk.
  1. Memberi Informasi tentang Sirah Kenabian
Penahapan turunnya wahyu seiring dengan perjalanan dakwah Nabi, baik di Makkah atau di Madinah, dimulai sejak diturunkannya wahyu pertama sampai diturunkannya wahyu terakhir. Al-Qur’an adalah rujukan otentik bagi perjalanan dakwah Nabi itu. Informasi tidak bisa diragukan lagi.






BAB III
Kesimpulan
Ilmu Makkiyah dan Madaniyah didefinisikan kepada tiga persepektif: yakni dari masa turun, tempat turun, dan objek pembicaraan. Tapi dari tiga definisi yang telah dipakai oleh pakar Ulama’ tersebut, ada dua definisi yang mempunyai cacat: yaitu definisi yang kedua dan ketiga, dan banyak dari mereka yang berpegang pada definisi pertama, karena pada definisi in terdapat patokan dan batasan yang berlaku secara umum yang tidak di pertentangkan.  













DAFTAR PUSTAKA

§      al-Zarkasyi, Bahruddin Muhammad bin Abdullah, Al-burhan fi ulum Qur’an, jilid 1, Kairo: Isa al-Baby al-Halaby, 1957.
§      Suyuthi, Jalal Ad-Din As-, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an, Dar Al-fikr, Beirut, t.t.
§      al-Qathan, Manna’, Mabahits fi ulum Qur’an, Riyadh: Mansyurat al-Ashr al-Hadits, t.th.
§      Shihab, H.M. Quraish, Sejarah dan Ulum Qur’an, PT pustaka firdaus, Jakarta, 2008.
§      ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi, sejarah dan pengantar ilmu qur’an dan tafsir, semarang, PT. Pustaka rizki putra, cetakan ketiga, 2000.
§      ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad hasbi, ilmu-ilmu Al-Quran, semarang, cetakan kedua, 2002.
§      Anwar, DR. Rosihon, M.Ag., ulum Al-Qur’an, Bandung, cetakan pertama, CV pustaka setia, 2008.
§      Anwar, DR. Rosihon, M.Ag., Pengantar ulumul Qur’an, Bandung, cetakan pertama, CV pustaka setia, 2009.
§      Yusuf, Dr. Kadar M.Ag., Studi Al-Qur’an, Jakarta, cetakan pertama, Amzah, 2009.






[1]Dr. Kadar M. Yusuf, M.Ag, Studi Al-qur’an, hlm. 15-16.
[2]  Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an, Mansyurat Al-‘Ashr Al-Hadits, ttp. 1973, hlm. 61-62
[3] Badr Al-Din Muhammad bin Abdillah Az-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an, jilid 1, hlm. 187.
[4]Al-Qaththan, op. cit., hlm. 61
[5] Al-Qaththan, op. cit., hlm. 62
[6] Maksudnya mereka akan binasa disebabkan sumpah mereka yang palsu.
[7] Al-Qaththan, loc. Cit.
[8] Ada yang mengatakan bahwa ayat sajdah semuanya ada 16 ayat; Al-Itqon 1:29
[9] Dr. Rosihan Anwar, M.Ag., Ulum Al-Qur’an, hal.107
[10] Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Sejarah dan ulum Al-Qur’an, hal.64
[11] Manna’ Khalil Al-Qattan, studi ilmu-ilmu Al-Qur’an, hal 73

Tidak ada komentar:

Posting Komentar