PENDAHULUAN
Agama-agama China yang populer di
dunia adalah Konfusianisme, Buddhisme, dan Taoisme. Tiga ajaran ini saling
melengkapi antara satu dengan lainnya, dan telah dijadikan pedoman dalam
kehidupan sehari-hari orang China. Jika Konfusianisme lebih menekankan
nilai-nilai etika kehidupan, Buddhisme lebih menekankan mengenai kehidupan
setelah mati, maka Taoisme lebih menekankan keserasian hubungan antara manusia
dengan alam.[1]
Tiga ajaran di atas sangat
berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari dan keagamaan orang China, sehingga
sulit bagi kita untuk memisahkan mana di antara praktek-praktek keagamaan orang
China ini yang benar-benar murni bersumber pada Konfusianisme, Buddhisme, serta
Taoisme. Dan dalam makalah kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang apa itu
agama Taoisme, ajaran-ajarannya, serta praktek ibadahnya.
A.
SEJARAH
Taoisme (Agama Tao) adalah Agama yang
berasal dari Tiongkok, dan termasuk agama yang tertua di dunia ini, umumnya
diakui sudah ada sejak abad ke-6 SM, dan juga merupakan agama yang dianut oleh
sebagian besar orang Tionghoa. Nama Tao diambil dari huruf China yang artinya
“jalan” yang oleh penganut Tao dianggap sumber dari segala sesuatu yang ada di
alam ini. Dan berdasarkan sumber-sumber tertulis, umumnya Agama Tao diyakini
berasal dari Kaisar Kuning (Wang-di), dikembangkan oleh Lao-zi dan
terorganisasi menjadi sebuah institusi Keagamaan lengkap oleh Zhang Tao Ling.
Pada zaman Wang-di mulai dikemukakan
teori tentang kaidah-kaidah alamiah dan teori tentang masalah kehidupan dan
kematian. Sejak Wang-di sampai 1500 tahun berikutnya, setiap pemimpin yang
menggantikan pemimpin lainnya selalu memerintah masyarakatnya dengan teori
ajaran Wang-di. Kemudian pada zaman Dinasti Kerajaan Chow, muncullah seorang
bijaksana yang bernama Lao-zi. Beliau pernah bertugas sebagai pejabat yang
menjaga dan merawat perpustakaan buku-buku yang dimiliki kerajaan Chow. Karena
itu beliau mempunyai kesempatan untuk membaca semua buku-buku dan menguasai
teori-teori yang diajarkan oleh Wang-di.
Cara berpikir Lao-zi jauh melampaui
zamannya ketika itu, ditambah ajaran-ajarannya yang menjunjung tinggi kebajikan
dan menentang kebiadaban, maka akhirnya ajaran Lao-zi bersama-sama ajaran
Wang-di dikenal orang sebagai Ajaran WANG-LAO sampai sekarang. Ajaran WANG-LAO
ini makin berkembang dan mengakar di hati masyarakat, akhirnya dianut oleh
hampir setiap orang terpelajar dan cendekiawan zaman itu.
B.
AJARAN
DAN PRAKTEK IBADAH
Agama Tao mempunyai 4 ajaran:
Ü Dao
Dao adalah inti dari ajaran Taoisme,
yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat, tapi merupakan proses kejadian
dari semua benda hidup dan segala benda-benda yang ada di alam semesta. Dao
yang berwujud dalam bentuk benda hidup dan kebendaan lainnya adalah De. Gabungan
Dao dengan De dikenal sebagai Taoisme yang merupakan landasan kealamian.
Keabadian manusia terwujud disaat seseorang mencapai kesadaran Dao,
dan orang tersebut akan menjadi dewa. Penganut-penganut Taoisme mempraktekkan
Dao untuk mencapai kesadaran Dao, dan menjadi seorang dewa.
Ü Yin dan Yang
Dao melahirkan sesuatu, yang disebut
dengan Yin (Positif) dan Yang (Negatif), Yin dan Yang saling melengkapi untuk
menghasilkan tenaga atau kekuatan. Kekuatan tersebut bersumber dari jutaan
benda di dunia. Setiap benda di alam semesta yang berupa benda hidup ataupun
benda mati mengandung Yin dan Yang yang saling melengkapi untuk mencapai
keseimbangan.
Ü Pandangan tentang Manusia
Manusia
yang sombong dan melakukan hal di luar kemampuannya, maka suatu saat dia akan
mendapat celaan yang dapat membuatnya berduka atau menderita. Karena itu,
seorang bijaksana yang mengenal Dao dan hukum alam akan memilih mengundurkan
diri dan menolak segala penghargaan yang diberikan padanya. Ia memilih untuk
tidak menonjolkan dirinya. Meskipun demikian, Taoisme tidak mengajarkan bahwa
seseorang harus menyingkirkan seluruh harta benda yang dimiliki untuk mencapai
ketentraman batin. Hal yang perlu dibuang adalah rasa kemelekatan terhadap
harta tersebut.
Ü Etika
Agama Tao menggabungkan Ilmu
pengetahuan, Filsafat dan Ilmu Kedewaan yang Agung sebagai dasar kepercayaan.
Agama Tao menyembah banyak Dewa dan Dewi. Sosok Dewa dan Dewi dalam Agama Tao
merupakan sosok yang telah mencapai kesempurnaan dalam perjalanan mengamalkan
Ajaran Agama Tao. Agama Tao juga percaya bahwa Manusia sejati bisa mencapai
Kesempurnaan menjadi Dewa atau Dewi, bila sanggup berbuat jasa yang sangat
besar sekali terhadap masyarakat ataupun orang lain, perbuatan-perbuatan itu
antara lain:
J Bisa memberikan keteladanan yang luar biasa dalam perilaku
kebijaksanaan untuk umat manusia.
J Berjasa besar dalam membangun/memperjuangkan kedamaian bagi negara
dan masyarakatnya.
J Bisa mencegah/menanggulangi bencana yang membahayakan umat manusia.
J Sanggup menyumbangkan nyawanya demi membela keyakinan tentang
kebenaran sejati
Dengan demikian bisa dipahami, bahwa
Agama Tao mengajarkan: “Meskipun manusia merupakan bagian dari alam semesta,
namun sebagai manusia haruslah mampu membedakan mana yang benar dan mana yang
salah, serta bisa mengetahui mana yang baik / bijaksana dan mana yang jahat,
juga yang paling penting adalah mampu melaksanakan ajaran-ajaran Agama Tao pada
setiap tingkah laku dalam hidupnya, sebagai syarat untuk bisa menjadi manusia
yang sejati.” Setelah mampu mencapai tahap manusia sejati, selanjutnya
adalah tugas yang mulia untuk berusaha bisa menyatu dengan Tao yang Maha Esa
dengan istilah yang popular Tian Ren He Yi (Kembali ke asal dengan sempurna).
Agama Tao menganjurkan 3 nasehat
Lao-zi yaitu:
J Welas Asih
J Hemat tapi tidak kikir
J Rendah Hati.
Agama Tao juga mengajarkan sifat
Qing Jing Wu Wei, suatu sifat dimana orang dianjurkan untuk selalu berusaha
berbuat sesuatu demi kepentingan bersama, namun tetap menjaga sikap mental yang
tulus tanpa pamrih, selain itu juga selalu mawas diri dalam usahanya mengajak
masyarakat supaya mampu menjaga keharmonisan kehidupan masing-masing. Sifat
demikianlah yang antara lain ikut mendorong terbangunnya klenteng-klenteng yang
bisa dipakai untuk menginap bagi orang-orang yang sedang bepergian jauh, serta
menyediakan makanan cuma-cuma bagi yang menginap di sana, ini semua bertujuan
untuk melayani dan memudahkan masyarakat pada zamannya, sehingga sangat
mendapat dukungan dari segala lapisan masyarakat.
Ajaran-ajaran Tao bersifat universal
dan menekankan kepada manusia untuk kembali dan mencintai alam, karena alam
merupakan bagian dari manusia. Oleh karena itu, dia tidak hanya dianut oleh
sebagian besar orang China di seluruh dunia, tapi juga oleh orang-orang di luar
suku bangsa China.[2]
Dalam praktek peribadatan, penganut
taoisme ini melaksanakan ritual ibadahnya di klenteng atau pekong. Pemujaan
terhadap tuhan (Thien) dilakukan dihalaman bagian depan luar rumah atau
klenteng dengan cara yang sederhana, yaitu membakar beberapa batang hio
(dupa) dengan menengadah kearah langit , sedangkan pemujaan terhadap dewa-dewa
dilakukan di dalam klenteng dengan menyuguhkan sesajen untuk melunakkan hati
para dewa agar keinginan mereka dapat diijabahi.
C.
KITAB
SUCI
Suatu agama
dapat dipahami melalui kitab-kitab yang dianggap sakral oleh penganutnya. Kitab
pokok agama Tao adalah Tao Te Ching, sebuah kitab kecil hanya terdiri
dari 5000 kata yang ditulis oleh Lao-zi pada abad 6 SM. Sangat sulit bagi orang
awam untuk memahami kitab tersebut karena sangat puitis dan disampaikan secara
lugas. Isi terpenting dari Tao Te Ching yaitu ajaran tentang Wu-wei. Wu-wei
merupakan perintah termasyhur bagi para penganut Taoisme[3]
yang dijadikan sebagai pedoman-pedoman dan etika dalam memelihara kehidupan
seseorang dan memberikan contoh “jalan” untuk menjadi orang yang bijaksana. Wu-wei
adalah hidup yang dijalani tanpa ketegangan. Hal itu adalah merupakan
perwujudan yang murni dari kelemah-lembutan, kesederhanaan, dan kebebasan. Jika
Wu-wei dilihat dari luar, terlihatlah ia tanpa daya, karena tidak pernah
memaksa dan tidak pernah terlihat tegang. “Bertindak tanpa aksi dan berbuat
tanpa gaduh”.
Di samping
kitab Tao Te Ching terdapat kitab-kitab lain yang dianggap oleh para ahli
sebagai karya kedua terbesar dari filsafat Taoisme, yaitu: kitab Chuang-Tzu
yang berisi tentang pemikiran guru Zhuang dan murid-muridnya, dan kitab Leizi
yang berisi kumpulan cerita dan hiburan dalam filsafat.
PENUTUP
Agama Tao
menggabungkan Ilmu pengetahuan, Filsafat dan Ilmu Kedewaan yang Agung sebagai
dasar kepercayaan. Agama Tao menyembah banyak Dewa dan Dewi. Dalam praktek
peribadatan, penganut taoisme ini melaksanakan ritual ibadahnya di klenteng
atau pekong. Agama ini memiliki kitab suci sebagai pedoman para penganutnya dalam
menjalankan praktek keberagamaan di antaranya adalah Tao Te Ching, Chuang-Tzu,
dan Leizi.
DAFTAR PUSTAKA.
[ Tanggok, Ikhsan. Mengenal Lebih Dekat Agama Tao. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2006
[ Creel, H.G.. Alam Pikiran Cina. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
1989.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar