Kamis, 02 Januari 2014

Agama Taoisme

PENDAHULUAN

Agama-agama China yang populer di dunia adalah Konfusianisme, Buddhisme, dan Taoisme. Tiga ajaran ini saling melengkapi antara satu dengan lainnya, dan telah dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari orang China. Jika Konfusianisme lebih menekankan nilai-nilai etika kehidupan, Buddhisme lebih menekankan mengenai kehidupan setelah mati, maka Taoisme lebih menekankan keserasian hubungan antara manusia dengan alam.[1]
Tiga ajaran di atas sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari dan keagamaan orang China, sehingga sulit bagi kita untuk memisahkan mana di antara praktek-praktek keagamaan orang China ini yang benar-benar murni bersumber pada Konfusianisme, Buddhisme, serta Taoisme. Dan dalam makalah kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang apa itu agama Taoisme, ajaran-ajarannya, serta praktek ibadahnya.




















A.    SEJARAH
Taoisme (Agama Tao) adalah Agama yang berasal dari Tiongkok, dan termasuk agama yang tertua di dunia ini, umumnya diakui sudah ada sejak abad ke-6 SM, dan juga merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar orang Tionghoa. Nama Tao diambil dari huruf China yang artinya “jalan” yang oleh penganut Tao dianggap sumber dari segala sesuatu yang ada di alam ini. Dan berdasarkan sumber-sumber tertulis, umumnya Agama Tao diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Wang-di), dikembangkan oleh Lao-zi dan terorganisasi menjadi sebuah institusi Keagamaan lengkap oleh Zhang Tao Ling.
Pada zaman Wang-di mulai dikemukakan teori tentang kaidah-kaidah alamiah dan teori tentang masalah kehidupan dan kematian. Sejak Wang-di sampai 1500 tahun berikutnya, setiap pemimpin yang menggantikan pemimpin lainnya selalu memerintah masyarakatnya dengan teori ajaran Wang-di. Kemudian pada zaman Dinasti Kerajaan Chow, muncullah seorang bijaksana yang bernama Lao-zi. Beliau pernah bertugas sebagai pejabat yang menjaga dan merawat perpustakaan buku-buku yang dimiliki kerajaan Chow. Karena itu beliau mempunyai kesempatan untuk membaca semua buku-buku dan menguasai teori-teori yang diajarkan oleh Wang-di.
Cara berpikir Lao-zi jauh melampaui zamannya ketika itu, ditambah ajaran-ajarannya yang menjunjung tinggi kebajikan dan menentang kebiadaban, maka akhirnya ajaran Lao-zi bersama-sama ajaran Wang-di dikenal orang sebagai Ajaran WANG-LAO sampai sekarang. Ajaran WANG-LAO ini makin berkembang dan mengakar di hati masyarakat, akhirnya dianut oleh hampir setiap orang terpelajar dan cendekiawan zaman itu.

B.     AJARAN DAN PRAKTEK IBADAH
Agama Tao mempunyai 4 ajaran:
Ü  Dao
Dao adalah inti dari ajaran Taoisme, yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat, tapi merupakan proses kejadian dari semua benda hidup dan segala benda-benda yang ada di alam semesta. Dao yang berwujud dalam bentuk benda hidup dan kebendaan lainnya adalah De. Gabungan Dao dengan De dikenal sebagai Taoisme yang merupakan landasan kealamian. Keabadian manusia terwujud disaat seseorang mencapai kesadaran Dao, dan orang tersebut akan menjadi dewa. Penganut-penganut Taoisme mempraktekkan Dao untuk mencapai kesadaran Dao, dan menjadi seorang dewa.
Ü  Yin dan Yang
Dao melahirkan sesuatu, yang disebut dengan Yin (Positif) dan Yang (Negatif), Yin dan Yang saling melengkapi untuk menghasilkan tenaga atau kekuatan. Kekuatan tersebut bersumber dari jutaan benda di dunia. Setiap benda di alam semesta yang berupa benda hidup ataupun benda mati mengandung Yin dan Yang yang saling melengkapi untuk mencapai keseimbangan.
Ü  Pandangan tentang Manusia
Manusia yang sombong dan melakukan hal di luar kemampuannya, maka suatu saat dia akan mendapat celaan yang dapat membuatnya berduka atau menderita. Karena itu, seorang bijaksana yang mengenal Dao dan hukum alam akan memilih mengundurkan diri dan menolak segala penghargaan yang diberikan padanya. Ia memilih untuk tidak menonjolkan dirinya. Meskipun demikian, Taoisme tidak mengajarkan bahwa seseorang harus menyingkirkan seluruh harta benda yang dimiliki untuk mencapai ketentraman batin. Hal yang perlu dibuang adalah rasa kemelekatan terhadap harta tersebut.
Ü  Etika
Agama Tao menggabungkan Ilmu pengetahuan, Filsafat dan Ilmu Kedewaan yang Agung sebagai dasar kepercayaan. Agama Tao menyembah banyak Dewa dan Dewi. Sosok Dewa dan Dewi dalam Agama Tao merupakan sosok yang telah mencapai kesempurnaan dalam perjalanan mengamalkan Ajaran Agama Tao. Agama Tao juga percaya bahwa Manusia sejati bisa mencapai Kesempurnaan menjadi Dewa atau Dewi, bila sanggup berbuat jasa yang sangat besar sekali terhadap masyarakat ataupun orang lain, perbuatan-perbuatan itu antara lain:
J Bisa memberikan keteladanan yang luar biasa dalam perilaku kebijaksanaan untuk umat manusia.
J Berjasa besar dalam membangun/memperjuangkan kedamaian bagi negara dan masyarakatnya.
J Bisa mencegah/menanggulangi bencana yang membahayakan umat manusia.
J Sanggup menyumbangkan nyawanya demi membela keyakinan tentang kebenaran sejati
Dengan demikian bisa dipahami, bahwa Agama Tao mengajarkan: “Meskipun manusia merupakan bagian dari alam semesta, namun sebagai manusia haruslah mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta bisa mengetahui mana yang baik / bijaksana dan mana yang jahat, juga yang paling penting adalah mampu melaksanakan ajaran-ajaran Agama Tao pada setiap tingkah laku dalam hidupnya, sebagai syarat untuk bisa menjadi manusia yang sejati.” Setelah mampu mencapai tahap manusia sejati, selanjutnya adalah tugas yang mulia untuk berusaha bisa menyatu dengan Tao yang Maha Esa dengan istilah yang popular Tian Ren He Yi (Kembali ke asal dengan sempurna).
Agama Tao menganjurkan 3 nasehat Lao-zi yaitu:
J Welas Asih
J Hemat tapi tidak kikir
J Rendah Hati.
Agama Tao juga mengajarkan sifat Qing Jing Wu Wei, suatu sifat dimana orang dianjurkan untuk selalu berusaha berbuat sesuatu demi kepentingan bersama, namun tetap menjaga sikap mental yang tulus tanpa pamrih, selain itu juga selalu mawas diri dalam usahanya mengajak masyarakat supaya mampu menjaga keharmonisan kehidupan masing-masing. Sifat demikianlah yang antara lain ikut mendorong terbangunnya klenteng-klenteng yang bisa dipakai untuk menginap bagi orang-orang yang sedang bepergian jauh, serta menyediakan makanan cuma-cuma bagi yang menginap di sana, ini semua bertujuan untuk melayani dan memudahkan masyarakat pada zamannya, sehingga sangat mendapat dukungan dari segala lapisan masyarakat.
Ajaran-ajaran Tao bersifat universal dan menekankan kepada manusia untuk kembali dan mencintai alam, karena alam merupakan bagian dari manusia. Oleh karena itu, dia tidak hanya dianut oleh sebagian besar orang China di seluruh dunia, tapi juga oleh orang-orang di luar suku bangsa China.[2]
Dalam praktek peribadatan, penganut taoisme ini melaksanakan ritual ibadahnya di klenteng atau pekong. Pemujaan terhadap tuhan (Thien) dilakukan dihalaman bagian depan luar rumah atau klenteng dengan cara yang sederhana, yaitu membakar beberapa batang hio (dupa) dengan menengadah kearah langit , sedangkan pemujaan terhadap dewa-dewa dilakukan di dalam klenteng dengan menyuguhkan sesajen untuk melunakkan hati para dewa agar keinginan mereka dapat diijabahi.

C.     KITAB SUCI
Suatu agama dapat dipahami melalui kitab-kitab yang dianggap sakral oleh penganutnya. Kitab pokok agama Tao adalah Tao Te Ching, sebuah kitab kecil hanya terdiri dari 5000 kata yang ditulis oleh Lao-zi pada abad 6 SM. Sangat sulit bagi orang awam untuk memahami kitab tersebut karena sangat puitis dan disampaikan secara lugas. Isi terpenting dari Tao Te Ching yaitu ajaran tentang Wu-wei. Wu-wei merupakan perintah termasyhur bagi para penganut Taoisme[3] yang dijadikan sebagai pedoman-pedoman dan etika dalam memelihara kehidupan seseorang dan memberikan contoh “jalan” untuk menjadi orang yang bijaksana. Wu-wei adalah hidup yang dijalani tanpa ketegangan. Hal itu adalah merupakan perwujudan yang murni dari kelemah-lembutan, kesederhanaan, dan kebebasan. Jika Wu-wei dilihat dari luar, terlihatlah ia tanpa daya, karena tidak pernah memaksa dan tidak pernah terlihat tegang. “Bertindak tanpa aksi dan berbuat tanpa gaduh”.
Di samping kitab Tao Te Ching terdapat kitab-kitab lain yang dianggap oleh para ahli sebagai karya kedua terbesar dari filsafat Taoisme, yaitu: kitab Chuang-Tzu yang berisi tentang pemikiran guru Zhuang dan murid-muridnya, dan kitab Leizi yang berisi kumpulan cerita dan hiburan dalam filsafat.










PENUTUP
Agama Tao menggabungkan Ilmu pengetahuan, Filsafat dan Ilmu Kedewaan yang Agung sebagai dasar kepercayaan. Agama Tao menyembah banyak Dewa dan Dewi. Dalam praktek peribadatan, penganut taoisme ini melaksanakan ritual ibadahnya di klenteng atau pekong. Agama ini memiliki kitab suci sebagai pedoman para penganutnya dalam menjalankan praktek keberagamaan di antaranya adalah Tao Te Ching, Chuang-Tzu, dan Leizi.

















DAFTAR PUSTAKA.
[  Tanggok, Ikhsan. Mengenal Lebih Dekat Agama Tao. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2006
[  Creel, H.G.. Alam Pikiran Cina. Yogyakarta: PT Tiara Wacana. 1989.










[1] Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h.17
[2] Ikhsan, h.65
[3] H.G. Creel, Alam Pikiran Cina, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1989), h. 112

Tidak ada komentar:

Posting Komentar