Kamis, 02 Januari 2014

Pengertian Ilmu, Filsafat & Agama

  1. PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluq pencari kebenaran. Ada tiga jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran tersebut, yaitu: ilmu, filsafat dan agama. Ketiga cara ini mempunyai cara-cara tersendiri dalam mencari, mengampiri serta menemukan kebenaran. Dan ketiga institute ini juga mempunyai titik persamaan, titik perbedaaan, dan titik singgung yang satu terhadap yang lainnya.
Dan dalam makalah ini kami akan mencoba menjelaskan secara singkat tentang hal itu.

  1. PENGERTIAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA
1. ILMU PENGETAHUAN
a)  Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari kata Alima-ya’lamu (bahasa arab) yang berarti tahu, dan science berasal dari kata scio, scire secara etimologi mempunyai arti yang sama yaitu tahu.
Secara terminologis ilmu adalah semacam pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat tertentu. Para ahli telah merumuskan serangkaian definisi tentang ilmu sebagai berikut[1]:
·         Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag menyebutkan bahwa “ilmu ialah yang empiris yang rasional, yang umum dan kumulatif, dan keempat-empatnya serentak”.
·         Karl Pearson merumuskan bahwa “ilmu ialah lukisan atau keterangan yang lengkap dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sesederhana mungkin”.
·         R.B.S Fudyartanta menuliskan bahwa yang dimaksudkkan dengan “ilmu ialah susunan yang sistematis daripada kenyataan-kenyataan ilmiah mengenai sesuatu objek atau masalah yang diperoleh dari pemikiran yang runtut (hasil logika formil dan logika materil)”.
·         Dalam Ensiklopedia Indonesia kita dapati keterangan sebagai berikut: “ilmu ialah suatu system dari berbagai pengetehuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu yang disusun demikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan suatu system dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu (induksi, deduksi)”.
Sebenarnya masih amat banyak rumusan tentang pengertian ilmu yang telah dikemukan oleh ahli ilmu pengetahuan itu sendiri, tapi tidak pada tempatnya untuk dicantumkan satu demi satu di sini. Tapi dari semua definisi yang bermacam-macam itu dapat diketahui bahwa ilmu adalah merupakan pengetahuan yang bercirikan antara lain: sistematik, rasional, empiris dan bersifat kumulatif.

b) Obyek Ilmu Pengetahuan
Setiap ilmu pengetahuan ditentukan oleh obyeknya. Ada dua macam obyek ilmu pengetahuan, yaitu: obyek materia dan obyek forma.
·         Obyek materia ialah seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan obyek penyelidikan suatu ilmu.
·         Obyek forma ialah obyek materia yang disoroti oleh suatu ilmu, sehinggga membedakan ilmu yang satu dari ilmu lainnya, jika berobyek material sama[2].

  1. FILSAFAT
a)      Pengertian Filsafat
Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata Philosophia. Phio berarti cinta, shopia berarti pengetahuan atau kebijaksanaan. Philoshopia artinya cinta kebijaksanaan.
Secara terminologis filsafat adalah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran/rasio belaka.
·         Menurut Harun Nasution “filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehinggasampai ke dasar-dasar persoalan.
·         Menurut Plato “filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada.
·         Aristoteles yang merupakan murid Plato mentyatakan filsafat adala menyelidiki sebab dan asas segala benda.
·         Marcus Tullius Cicero mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya.
·         Al Farabi filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekat yang sebenarnya.

b)      Obyek Filsafat
Ilmu pengetahuan itu ditentukan oleh obyeknya, demikian pula halnya filsafat ditentukan  dua obyek, yaitu:
·         Obyek materia filsafat ialah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat, atau segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat.
·         Obyek forma filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya, sampai ke akarnya)[3].

3. AGAMA

a)  Pengertian Agama
Agama yang dalam bahasa Arab disebut Diin, yang sering diterjemahkan secara leksikal sebagai  agama dalam bahasa Indonesia atau padanannya Dalam bahasa Inggris sebagai ‘Religion’, atau ‘Religio’, dalam bahasa Latin kerap digunakan untuk beberapa makna. Dan yang terpenting dari makna-makna tersebut adalah ganjaran, ketaatan, kebiasaan, tradisi, hukum, stipulasi (aqoid), dan lain  sebagainya.[4] Dan yang paling orisinal di antara makna-makna di atas adalah ketaatan dan loyalitas.
Secara terminologis agama dapat di definisikan sebagai berikut:
¨      Seperangkat aturan dan hukum-hukum normative yang mengatur dan menata kehidupan manusia dalam rangka mentaati aturan Tuhan.
¨      Sebagai komplementer dari definisi di atas agama dapat di definisikan sebagai aturan dan stipulasi yang di terima manusia dalam ranah keyakinan dalam perilaku kehidupan manusia.
Berdasarkan definisi di atas, agama memiliki 2  rukun asasi, (1) Keyakinan terhadap Tuhan, (2) Amal dan perbuatan sesuai dengan tuntutan keyakinan tersebut.
Agama pada umumnya dipahami sebagai:
¨      Satu system credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia.
¨      Satu system siyus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu.
¨      Satu system norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud diatas.

  1. HUBUNGAN ANTARA ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA
a)      Titik Persamaan
Baik ilmu, filsafat dan agama bertujuan sekurang-kurangnya berusaha berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam dan manusia.
Filsafat dengan wataknya sendiri yang menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia (yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar atau di atas batas jangkauannya), ataupun tentang tuhan.
Agama dengan karakteristiknya memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia ataupun tentang tuhan.

c)      Titik Perbedaan
Baik ilmu maupun filsafat, keduanya merupakan hasil dari sumber yang sama yaitu ra’yu (akal, rasio) manusia. Sedangkan agama bersumberkan wahyu dari Allah swt.
Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset), pengalaman (empiri), dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian.
Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menualangkan (mengembarakan atau mengelanakan ) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral, serta universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika. Manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan (mencari jawaban tentang) berbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci, kodifikasi firman ilahi untuk manusia.
Kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran fositif (berlaku sampai dengan saat ini),
Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiri, reset dan eksperimental). Baik kebenaran ilmu maupun filsafat, kedua-duanya nisbi (relative).
Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolute) karena agama adalah wahyu yang diturunkan oleh zat yanh Maha Benar, Maha Mutlak, dan Maha sempurna, yaitu Allah swt[5].
Baik ilmu maupun filsafat, kedua-duanya bermulai dengan sikap sangsi atau tidak percaya.

d)     Titik Singgung

Tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif oleh ilmu pengetahuan, karena ilmu itu terbatas oleh Allah swt, terbatas oleh subjeknya (sang penyelidik), oleh obyeknya (baik obyek materia maupun obyek formanya), oleh metodologinya.
Tidak semua masalah yang tidak atau belum dijawab oleh ilmu, lantas dengan sendirinya dapat dijawab oleh filsafat. Jawaban filsafat sifatnya spekulatif dan alternative. Tentang suatu masalah asasi yang sama terdapat berbagai jawaban filsafat (para fisuf) sesuai dengan jalan dengan titik tolak sang ahli filsafat itu.
Agama memberi jawaban tentang banyak soal asasi yang sama sekali tidak terjawab oleh ilmu, yang dipertanyakan (namun tidak terjawab secara bulat ) oleh filsafat.

  1. KESIMPULAN
·         Ilmu adalah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu system mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian tentang hukum-hukum dan hal ikhwaal yang diselidikinya.
·         Filsafat berarti berfikir, jadi yang penting ialah ia dapat berfikir.
·         Agama adalah suatu system credo (tata keimanan dan tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia.
·         Ilmu, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait karena ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada alat dan tenaga utama manusia, tiga alat daan tenaga utama manusia itu adalah : akal fikir, rasa dan keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut manusia dapat mencapai kebahagiaan dirinya.

  1. DAFTAR PUSTAKA
Ø  Anshari, Endang Saifuddin. Ilmu, Filsafat dan Agama. PT. Bina Ilmu Offset. 1987
Ø  Kattsoff, Louis. Pengantar Filsafat. Tiara Wacana Jogja. 1996
Ø  Daradjat, Zakiah. Islam Untuk Disiplin Ilmu Filsafat. Bulan Bintang. 1988





[1] Zakiyah Daradjat, Islam Untuk Disiplin Ilmu Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang), 1988, h.42
[2]  Endang Saifuddin, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset), 1987, h.50
[3]  Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana), 1998, h. 87
[4]  http//:telagahikmah.org/id/index.php/option=com content&task=view&id=227&ltemid=49
[5]  Endang, h.174

Tidak ada komentar:

Posting Komentar