- PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluq pencari kebenaran. Ada tiga jalan untuk
mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran tersebut, yaitu: ilmu, filsafat
dan agama. Ketiga cara ini mempunyai cara-cara tersendiri dalam mencari,
mengampiri serta menemukan kebenaran. Dan ketiga institute ini juga mempunyai
titik persamaan, titik perbedaaan, dan titik singgung yang satu terhadap yang
lainnya.
Dan dalam makalah ini kami akan mencoba menjelaskan
secara singkat tentang hal itu.
- PENGERTIAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA
1. ILMU PENGETAHUAN
a) Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari kata Alima-ya’lamu (bahasa arab) yang
berarti tahu, dan science berasal
dari kata scio, scire secara
etimologi mempunyai arti yang sama yaitu tahu.
Secara terminologis ilmu adalah
semacam pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat
tertentu. Para ahli telah merumuskan
serangkaian definisi tentang ilmu sebagai berikut[1]:
·
Ralph Ross dan Ernest Van Den
Haag menyebutkan bahwa “ilmu ialah
yang empiris yang rasional, yang umum dan kumulatif, dan keempat-empatnya
serentak”.
·
Karl Pearson merumuskan bahwa “ilmu
ialah lukisan atau keterangan yang lengkap dan konsisten tentang fakta
pengalaman dengan istilah yang sesederhana mungkin”.
·
R.B.S Fudyartanta menuliskan bahwa yang dimaksudkkan dengan “ilmu ialah susunan yang sistematis
daripada kenyataan-kenyataan ilmiah mengenai sesuatu objek atau masalah yang
diperoleh dari pemikiran yang runtut (hasil logika formil dan logika materil)”.
·
Dalam Ensiklopedia Indonesia kita dapati keterangan sebagai berikut: “ilmu ialah suatu system dari berbagai
pengetehuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu yang
disusun demikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan suatu
system dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil
pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai
metode-metode tertentu (induksi, deduksi)”.
Sebenarnya
masih amat banyak rumusan tentang pengertian ilmu yang telah dikemukan oleh
ahli ilmu pengetahuan itu sendiri, tapi tidak pada tempatnya untuk dicantumkan
satu demi satu di sini. Tapi dari semua definisi yang bermacam-macam itu
dapat diketahui bahwa ilmu adalah merupakan pengetahuan yang bercirikan antara
lain: sistematik, rasional, empiris dan bersifat kumulatif.
b) Obyek Ilmu Pengetahuan
Setiap ilmu pengetahuan ditentukan oleh obyeknya. Ada
dua macam obyek ilmu pengetahuan, yaitu: obyek
materia dan obyek forma.
·
Obyek materia ialah seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan
obyek penyelidikan suatu ilmu.
·
Obyek forma ialah obyek materia yang disoroti oleh suatu ilmu,
sehinggga membedakan ilmu yang satu dari ilmu lainnya, jika berobyek material sama[2].
- FILSAFAT
a)
Pengertian Filsafat
Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa yunani
yaitu dari kata Philosophia. Phio
berarti cinta, shopia berarti pengetahuan atau kebijaksanaan. Philoshopia artinya cinta kebijaksanaan.
Secara terminologis filsafat adalah ilmu yang berusaha
untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan
pikiran/rasio belaka.
·
Menurut Harun Nasution
“filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak
terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehinggasampai
ke dasar-dasar persoalan.
·
Menurut Plato “filsafat
adalah pengetahuan tentang segala yang ada.
·
Aristoteles yang merupakan
murid Plato mentyatakan filsafat adala menyelidiki sebab dan asas segala benda.
·
Marcus Tullius Cicero
mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung
dan usaha untuk mencapainya.
·
Al Farabi filsuf muslim terbesar
sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang
maujud dan bertujuan menyelidiki hakekat yang sebenarnya.
b)
Obyek Filsafat
Ilmu pengetahuan itu ditentukan oleh obyeknya,
demikian pula halnya filsafat ditentukan
dua obyek, yaitu:
·
Obyek materia filsafat ialah segala sesuatu yang menjadi masalah
filsafat, atau segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat.
·
Obyek forma filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal
(sedalam-dalamnya, sampai ke akarnya)[3].
3. AGAMA
a) Pengertian
Agama
Agama yang dalam bahasa Arab disebut Diin, yang sering diterjemahkan secara
leksikal sebagai agama dalam bahasa
Indonesia atau padanannya Dalam bahasa Inggris sebagai ‘Religion’, atau ‘Religio’, dalam
bahasa Latin kerap digunakan untuk beberapa makna. Dan yang terpenting
dari makna-makna tersebut adalah ganjaran, ketaatan,
kebiasaan, tradisi, hukum, stipulasi (aqoid), dan lain sebagainya.[4]
Dan yang paling orisinal di antara makna-makna di atas adalah ketaatan dan
loyalitas.
Secara terminologis agama
dapat di definisikan sebagai berikut:
¨ Seperangkat aturan dan hukum-hukum normative yang mengatur dan menata kehidupan manusia
dalam rangka mentaati aturan Tuhan.
¨ Sebagai komplementer dari definisi di atas agama dapat di
definisikan sebagai aturan dan stipulasi yang di terima manusia dalam ranah
keyakinan dalam perilaku kehidupan manusia.
Berdasarkan definisi di
atas, agama memiliki 2 rukun asasi, (1)
Keyakinan terhadap Tuhan, (2) Amal dan perbuatan sesuai dengan tuntutan
keyakinan tersebut.
Agama pada umumnya dipahami sebagai:
¨
Satu system credo (tata
keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia.
¨
Satu system siyus (tata
peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu.
¨
Satu system norma (tata
kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya, sesuai
dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud diatas.
- HUBUNGAN ANTARA ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA
a) Titik Persamaan
Baik ilmu, filsafat dan agama bertujuan
sekurang-kurangnya berusaha berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam
dan manusia.
Filsafat dengan wataknya sendiri yang menghampiri
kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia (yang belum atau tidak
dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar atau di atas batas jangkauannya), ataupun
tentang tuhan.
Agama dengan karakteristiknya memberikan jawaban atas
segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia ataupun tentang tuhan.
c) Titik Perbedaan
Baik ilmu maupun filsafat, keduanya merupakan hasil
dari sumber yang sama yaitu ra’yu (akal, rasio) manusia. Sedangkan agama
bersumberkan wahyu dari Allah swt.
Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset), pengalaman
(empiri), dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian.
Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menualangkan
(mengembarakan atau mengelanakan ) akal budi secara radikal (mengakar) dan
integral, serta universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan apapun,
kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika. Manusia mencari dan
menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan (mencari
jawaban tentang) berbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci, kodifikasi
firman ilahi untuk manusia.
Kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran fositif (berlaku
sampai dengan saat ini),
Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan
yang tak dapat dibuktikan secara empiri, reset dan eksperimental). Baik
kebenaran ilmu maupun filsafat, kedua-duanya nisbi (relative).
Sedangkan
kebenaran agama bersifat mutlak (absolute) karena agama adalah wahyu yang
diturunkan oleh zat yanh Maha Benar, Maha Mutlak, dan Maha sempurna, yaitu
Allah swt[5].
Baik ilmu maupun filsafat, kedua-duanya bermulai dengan sikap sangsi atau tidak percaya.
d) Titik Singgung
Tidak semua
masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif oleh ilmu
pengetahuan, karena ilmu itu terbatas oleh Allah swt, terbatas oleh subjeknya
(sang penyelidik), oleh obyeknya (baik obyek materia maupun obyek formanya),
oleh metodologinya.
Tidak semua masalah yang tidak atau belum dijawab oleh
ilmu, lantas dengan sendirinya dapat dijawab oleh filsafat. Jawaban filsafat
sifatnya spekulatif dan alternative. Tentang suatu masalah asasi yang sama
terdapat berbagai jawaban filsafat (para fisuf) sesuai dengan jalan dengan
titik tolak sang ahli filsafat itu.
Agama memberi jawaban tentang banyak soal asasi yang
sama sekali tidak terjawab oleh ilmu, yang dipertanyakan (namun tidak terjawab
secara bulat ) oleh filsafat.
- KESIMPULAN
·
Ilmu adalah hasil usaha
pemahaman manusia yang disusun dalam suatu system mengenai kenyataan, struktur,
pembagian, bagian-bagian tentang hukum-hukum dan hal ikhwaal yang
diselidikinya.
·
Filsafat berarti berfikir,
jadi yang penting ialah ia dapat berfikir.
·
Agama adalah suatu system
credo (tata keimanan dan tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak diluar
manusia.
·
Ilmu, filsafat dan agama
mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait
karena ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada alat dan
tenaga utama manusia, tiga alat daan tenaga utama manusia itu adalah : akal
fikir, rasa dan keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut manusia dapat
mencapai kebahagiaan dirinya.
- DAFTAR PUSTAKA
Ø Anshari, Endang
Saifuddin. Ilmu, Filsafat dan Agama. PT. Bina Ilmu Offset. 1987
Ø Kattsoff, Louis. Pengantar
Filsafat. Tiara Wacana Jogja. 1996
Ø Daradjat, Zakiah. Islam
Untuk Disiplin Ilmu Filsafat. Bulan Bintang. 1988
Tidak ada komentar:
Posting Komentar