Sabtu, 18 Januari 2014

Akhlak, Etika & Moral

BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama universal,  mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan , baik kehidupan duniawi maupun kehidupan ukhrowi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepadanya untuk melaksanakan kegiatan paendidikan, karena merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi, demi untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dengan makalah yang kami sajikan ini, kami ingin mengetahui ilmu tentang akhlak tasawuf, yang membahas tentang akhlak, etika, moral, norma beserta persamaan dan perbedaannya. Sehinngga dengan makalah ini, kita mampu memperoleh cakrawala baru tentang tata cara berkehidupan didalam lingkungan bermasyarakat sesuai dengan tuntunan Alquran dan hadis rosul SAW  . Sehingga nantinya akan menjadi suatu ilmu dan dapat kita amalkan  dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individu maupun kepada orang lain.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    AKHLAK
           
            Akhlak menurut etimologi berasal dari bahasa arab yang berarti “budi pekerti”. Yang bersinonim dengan etika dan moral, budi pekerti dalam bahasa indonesia merupakan kata majemuk dari kata “budi” dan “pekerti” perkataan budi berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti “yang sadar” atau “yang menyadarkan” dan “alat kesadaran” pekerti berasal dari bahas indonesia sendiri “kelakuan”.[1]
            Sedangkan akhlak secara terminologi adalah sesuatu yang ada pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio, yang disebut dengan karakter, dan yang terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan hati yang disebut behavior, ini merupakan hasil perpaduan rasio dan rasa yang termanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.
            Sedangkan ilmu akhlak sendiri adalah suatu ilmu yang mengkaji perbuatan yang dilakukan manusia yang dalam keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak terpaksa dan sungguh-sungguh, bukan perbuatan pura-pura.
            Menurut Imam Ghazali: “tanpa banyak pertimbangan akhlak ialah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak lagi”. Atau boleh dikatakan, perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan. pertimbangan, seolah-olah tangannya sudah terbuka lebar untuk itu. Hal ini, bisa terjadi karena orang tersebut sudah biasa sebaliknya orang kikir seolah-olah tangannya sudah terpaku dalam kantongnya, tidak mau mengeluarkan bantuan kepada fakir miskin, begitu juga orang yang pemarah, selalu saja marah tanpa ada alas an yang jelas.
            Jumhur ulama mengatakan akhlak itu ialah: “suatu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul setiap ia bertindak tanpa mersa sulit (timbul dengan mudah)”. Karena sudah menjadi kultur atau budaya sehari-hari. Sedangakan akhlak yang biasa dilakukan adalah akhlak yang baik (akhlakul karimah) dan akhlak yang buruk (akhlak madzmumah).[2]


B.         ETIKA
                       
            Istilah etika berasal dari kata latin: Ethic dan dalam bahasa Gerik: Ethicos is a body of moral prinsiples or values. “Ethic” berarti kebiasaan, habit, costum. Jadi etika ialah suatu kebiasaan yang disebut baik didalam masyarakat (dewasa ini).[3]
            Etika dalam bahasa yunani disebut ethos yang memiliki pengertian “adat istiadat, pengertian bathin, kecenderungan untuk melakukan perbuatan”.[4]
            Menurut kamus bahasa indonesia diartikan “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”
            Menurut Ki Hajar Dewantoro etika adalah “ilmu yang mempelajari soabaikan dan keburukan didalam hidup manusia yang teristimewa mengenai gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatannya.
            Frankena dikutip oleh Ahmad Charis Zubair mengatakan bahwa etika adalah sebagai cabang filsafat yaitu filsafat moral atau pemikiran filsafat tentang moralitas, problem moral, dan pertimbangan moral.[5]
            Dari beberapa definisi diatas etika berhubungan dengan 4 hal yaitu sebagai berikut:
1.      Dilihat dari segi objek pembahasannya etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
2.      Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal fikiran, etika tidak bersifat mutlak, absolut, dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kelebihan, kekurangan, dan lain sebagainya.
3.      Dilihat dari segi fungsi, etika berfungsi sebagai penilai, penentu, dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebuut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina, dan lain sebagainya. Peran etika itu sendiri adalah tampak sebagai hasil atau wasit dan bukan sebagai pemain.
4.      Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman, etika juga bersifat humanistis dan antroposentis, yakni berdasar pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia.[6]
C.     MORAL
           
            Moral secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitu mores jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus umum bahasa indonesia moral adalah “penentuan baik buruk terhadap kelakuan”.
            Sedangkan menurut terminologi merupakan alat yang digunakan untuk menetukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.
            Didalam buku The Advanced Leaner’s dictionary of current english dikemukakan bahwa pengertian morak adalah:
v Prinsip-prisip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
v Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.
v Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.[7]

D.    NORMA
           
            Norma secara etimologi berasal dari bahasa latin norma yang semula berarti penyiku, suatu perkakas yang digunakan oleh tukang kayu. Dari istilah norma ini memperoleh arti pedoman, ukuran, aturan, atau kebiasaan. Disimpulkan bahwa norma adalah alat untuk mengukur sesuatu yang lain.
            Dalam kamu bahasa yunani norma disebut cretarion yang artinya standar patokan untuk melakukan sesuatu dengan norma moral orang dapat mengukur dan menilai kebaikan atau keburukan sesuatu perbuatan.
            Sedangkan norma secara terminologi memuat 2 pengertian:
v Norma menunjuk suatu teknik
v Norma menunjuk suatu keharusan (ought), keharusan ini merupakan tuntutan-tuntutan yang sepatutnya di taati apabila manusia ingin hidup sebagai manusia.
Dalam arti yang pertama tidak bersifat normatif dan yang kedua benar-benar bersifat normatif. Sebagimana yang telah dikemukakan bahwa norma yang diperlukan adalah norma yang diterapkan pada perbuatan-perbuatan konkrit.

E.     PERBEDAAN DAN PERSAMAAN ANTARA AKHLAK, ETIKA, MORAL, NORMA

1.      Perbedaan
v Terdapat pada tolak ukurnya masing-masing, dimana ilmu akhlak dimana dalam menilai perbuatan manusia dengan tolak ukur ajaran alquran dan sunnah. Sedangkan  etika dengan pertimbangan akal pikiran dan moral, dengan adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat. Perbedaan lain mengenai etika dan moral, yakni etika lebih bersifat teoritis sedangkan oral banyak bersifat praktis, etika memandang tingkah laku manusia secara lokal, moral menyatakan ukuran, sedang etika menjelaskan ukuran itu.
v Akhlak membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia yang belum diketahui kebaikan dan keburukannya.
v Etika ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk tingkah laku manusia yang harus dilakukan dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan apa yang seharusnya mereka perbuat. Dalam menentukan nilai perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio.
v Moral menjelaskan tentang batas-batas perangai atau tingkah laku yang harus dilakukan oleh manusia dalam bersikap dan  bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat dikatakan bahwa perbuatan tersebut baik atau buruk. Dan menggunakan tolak ukur norma-norma yang tumbuh berkembang dan berlangsung dalam masyarakat.
v  Norma adalah merupakan penunjuk atau tatacara dalam berperilaku. Norma juga merupakan penunjuk suatu keharusan yang didalamnya terdapat tuntutan-tuntutan yang yang seharusnya ditaati, dipatuhi jika ingin menjadi manusi. Dalam arti norma adalah aturan yang mengatur manusia dalam berperilaku.
2.         Persamaan
v Sama-sama menentukan hukum/ nilai dengan keputusan manusia dengan keputusan baik dan buruk.
v Sama-sama mengkaji tentang tingkah laku dan perangai manusia
v Pembahasaanya saling menguatkan dalam arti terdapat hubungan simbiotik di antara akhlak, etika, moral, norma itu sendir


BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan kita diatas dapat dipahami bahwa, dari pengertian hingga perbedaan dan persamannya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa didalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari kita perlu mengetahui tata cara atau prinsif dasar dalam berakhlak, beretika, bermoral dan mempunyai norma atau aturan-aturan sehingga kehidupan dalam bermasyarakat dapat berjalan dengan semestinya sesuai dengan aturan-aturan yang di tentukan.
Semoga makalah ini menjadi acuan untuk kita lebih berfikir luas dalam mengkaji ilmu tasawuf ini, semoga kita lebih mengetahui makna berakhlak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan sempit bahkan lingkungan yang luas. Sebagaimana yang telah di contohkan oleh nabi kita Muhammad SAW.. Dan kami mohom maaf jika makalah ini masih banyak kerancauan dan kesalahan di dalamnya, dan kami berharap semoga rasa tidak puas dalam mengkaji ilmu untuk selalu dipupuk sebagai motivasi kita untuk menjadi lebih baik.
Kami berharap makalah yang sangat sederhana ini dapat memberi manfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya. Dan atas perhatian para pembaca kami ucapkan banyak terimakasih. Jazakumulloh khoiron katsiron






DAFTAR PUSTAKA

AR, Zahruddin; Sinaga, Hasanuddin. 2004. Pengantar STUDI AKHLAK. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Nata, Abuddin, 2009. AKHLAK TASAWUF. Jakarta : Rajawali Pers
Toriquddin, Muhammad. 2008. Sekulalaritas  Tasawuf. Malang: UIN Malang Pers



[1]  Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Study Akhlak . hlm. 37-39
[2]  Ibid hlm. 38
[3]  Moh. Toriquddin, Sekularitas Tasawuf” hlm. 12
[4]  Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Study Akhlak . hlm. 43

[5]  Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, hlm. 90-91
[6]  Ibid hlm. 92
[7]  Ibid hlm. 93

1 komentar:

  1. If you're trying to burn fat then you certainly have to start using this totally brand new custom keto meal plan diet.

    To create this service, certified nutritionists, fitness trainers, and professional cooks united to develop keto meal plans that are productive, painless, economically-efficient, and delicious.

    Since their grand opening in 2019, 1000's of people have already transformed their figure and health with the benefits a certified keto meal plan diet can offer.

    Speaking of benefits; clicking this link, you'll discover 8 scientifically-tested ones offered by the keto meal plan diet.

    BalasHapus