[1] Syeikh Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani. Manahil Al-‘urfan Fi ‘ulumil Qur’an, halaman; 350, juz 1
Kamis, 02 Januari 2014
Nama-Nama Surat dalam Al-Quran
BAB
1PENDAHULUAN A.
Latar Belakang MasalahIslam sebagai agama universal,
mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan , baik
kehidupan duniawi maupun kehidupan ukhrowi. Salah satu ajaran Islam adalah
mewajibkan kepadanya untuk melaksanakan kegiatan paendidikan, karena merupakan
kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi, demi untuk mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.Dengan makalah yang kami sajikan ini, kami ingin mengupas sedikit
mengenai tartib surah-surah yang terdapat dalam Al-quran, teori tentang nama-nama surat dan sistematika penyusunannya.
Sehingga dengan makalah ini kita mampumenggali cakrawala baru tentang
surah-surahdalam Al-Qur’an sebagai bukti keagungan Tuhan. Secara mendetail.Sehingga
nantinya akan menjadi suatu ilmu dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,
baiksecara individu maupaun dalam
bermasyarakat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Tuliskan pengertian surah beserta teori tentang nama-nama surah?
2.
Sebutkan macam-macan surah yang terdapat dalam Al-Qur’an?
3.
Jelaskankan sistematika penyusunan surah beserta argumennya?
C.
Tujuan
1.
Mampu menuliskan makna surat baik secara etimologi maupun
terminologi, beserta
teori dalam penyusunan surah Al-Qura’n,2.
Pembanca mampu menyebutkan dan menuliskan macam-macan
nama surah yang terdapat di dalam Al-Qura’an,3.
Dan mampu menjelaskan
sistematika penyusunan surah. BAB
IIPEMBAHASANA.
Pengetian Surat
Surat secara
etimologi menpunyai banyak arti di antaranya:”)"المنزيلةposisi). Surat
dari Al-qur’an dikenal karena posisinya pada suatu tempat secara berdampingan.
Surat juga mempunyai makna,”الشرف”(kemuliaan),”وما طال من بناء و حسن”(suatu yang menonjol dan
baik dari suatu bangunan),”العلامة”(tanda) dan “عرق من عروق الحائط”(pagar).[1]Surat
juga merupakan bagian-bagian tubuh Al-qur’an yang sebenarnya. Kata “سورة”
yang jamaknya,”السوار”,
dalam bahasa ibrani berarti “suatu deretan” atau bekas-bekas batu bata di
dinding dan bekas pepohonan anggur. Dalam bahasa Shiria kata,”سورة” atau
“سرت”(tulisan,teks
kitab suci,kitab suci).[2] Secara
terminologi, “سورة” berarti sekelompok ayat yang mandiri yang mempunyai awal dan
akhir. Para ulama mengatakan bahwa kata
itu di ambil dari makna,” tembok yang membatasi suatu kata”. Karena di
dalamnya terdapat peletakan suatu kata di samping kata yang lain , ayat dengan ayat yang lain, hal ini ibarat
peletakan dan penyusunan batu bata baris
demi baris.[3]Al-qurtuby
berkata; kata “السورة” adayang memberinya hamzah dan ada yang
tidak. Jika seorang memberinya hamzah, berarti Ia menjadikannya dari lafadz “السرت” yang berarti “افضلت”, yaitu dari kata “الشعر” adalah minuman yang
tersisa dari sebuah bejana. Jadi surah ini seakan-akan ia adalah bagian yang
terpisahkan dari Al-quran. Sedangkan orang yang tidak menghamzahkannya berarti
ia menjadikannya dari makna yang pertama dan mentashil(menghilangkan)
hamzahnya.
Diantara
mereka ada yang menyamakan “سورة” ini dengan “سورالبناء” (pagar suatu bangunan”, yaitu bagian dari bangunan tersebut. Ada
yang mengatakan; kata “سورة” berasal dari kalimat”سعورالمدينة” (pagar suatu kota). Karena surat ini mengelilingi ayat-ayat dan
berkumpul denganya, seperti berkumpulnya rumah dengan rumah. Sama halnya
seperti pagar yang mengelilingi sebuah kota dimana di kota tersebut terdapat banyak rumah.
Dikatakan demikian juga di ambil dari kata “الشور”(gelang),
karena ia melingkari lengan atau bahu. Ada yang berkata bahwa “سورة” ia
mempunyai arti “ketinggian”. Karena ia adalah kalam Allah, maka ia mmempunyai
derajat yang tinggi dan mulia. Ini seperti perkataan An-nabighah dalam Syairnya;
Artinya;
“tahukah anda bahwa Allah telah memberikan surat kepada anda, yang semua
malaikat mengerumuninyadi sekitarnya merasa bimbang”Ada yang
mengatakan; dinamakan surat, karena surat ini satu sama lain saling menyusun
dan menbangun. Yaitu dari kata “التسور” yang berarti “التصعود”(saling mengangkat dan memanjat) dan “التركوب”(saling
menyusun).[4]
Hal ini seperti dalam firman Allah dalam surah Shaad ayat 21:ö@ydury79s?r&(#àst7tRÄNóÁy‚ø9$#øŒÎ)(#r⑧q|¡n@z>#tósÏJø9$#ÇËÊÈArtinya;”Ketika
mereka memanjat pagar?” Al-jabari
berkata; definisi surat adalah qur’an yang mencakup berbagai macam ayat, yang
mempunyai pembukuan dan penutup, dan jumlah yang paling sedikit adalah tiga
ayat. Yang lain berkata; surat adalah tha’ifah yang di terjemahkan secara tauqifi,
maksudnya yang di beri nama secara khusus tauqifi dari nabi Muhammad Saw. Dan
telah di tetapkan dalam hadist dan astar akan nama-nama surat yang datang secara tauqifi. Di antara hadist yang
menunjukkan bahwa nama surat adalah tauqifi, yaitu hadist yang di keluarkan
oleh IbnuAbi Khatim dari Ikrimah, Ia berkata; adalah kaum musrikin dulu saling
berkata” surat sapi betina dan surat laba-laba? Mengejek surat-surat yang turun
tadi, maka Allah menurukan ayat dalam surat Al-hijr ayat 95 di bawah ini sebagai jawaban buat
mereka:
$¯RÎ)y7»oYø‹xÿx.šúïÏäÌ“öktJó¡ßJø9$#ÇÒÎÈArtinya;”sesungguhnya
kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokan
kamu.”Dapat
disimpulkan bahwa surah adalah merupakan sesuatu yang mencakup berbagai macam ayat,
yang mempunyai pembukaan dan penutup, surah dapat diartikan sebagai tanda-tanda
keagungan Allah SWT. Dan surah juga merupakan tha’ifah yang diterjemahkan
secara tauqifi, maksudnya yang diberi nama khusus secara tauqifi dari nabi
Muhammad SAW. B.
Teori Tentang Nama-nama Surat
Kadang-kadang sebuah surat mempunyai satu nama, inilah yang banyak
terjadi. Tapi kadangkala ada satu surat yang mempunyai dua nama atau lebih. Di
antaranya adalah: surat Al-fatihah terdapat dua puluh tiga nama baginya, dan
banyaknya nama tersebut menunjukkan keagungan surat Al-fatihah. Karena
banyaknya nama adalah bukti keagungan dan kemuliaan sesuatu yang di beri nama
itu. Di antara nama-namanya adalah:1.
Al-fatihah
a.
Fatihatul kitab,dikeluarkan
dari Ibnu Jarir dari jalan Ibnu Abi Dzi’b dari Al-makburi dari Abu Hurairah ra,
dari Rosululloh SAW bersabda: “Alfatihah
adalah ummul quran ia adalah fatihatul kitab dan dia juga As-sab’ul Matsani”.
Dan alfatihah ini dinamai dengan alfatihah
dengan alasan bahwa Alqur’an di buka dengannya, setiap penyelenggaraan
ta’lim selalu dimulai dengkarena alquran ini dibuka dengannya, di setiap
pembukaan taklim jugadimulai dengan membacanya, dengan demikian juga bacaan
dalam shalat selalu dimulai dengan bacaan alfatihah.
Ada
yang berkata: ia diberi nama dengan alfatihah, karena ia adalah surat dalam
alquran yang pertama kali turun.Ada
juga yang berkata: ia diberi nama dengan alfatihah karena ia adalah surat yang
pertama kali ditulis di lauh mahfuz. Pendapat ini diceritakan oleh Al-mursiy,
kemudian Ia berkata:”pendapat ini
membutuhkan dalil naqli yang bisa membuatnya benar”.
Adapula
yang berkata; Ia diberi nama alfatihah karena al-hamdu, “pujian” adalah pembuka bagi setiap perkataan.Ada
juga yang berkata: dinamakan dengan alfatihah karena setiap kitab pasti dimulai
dengannya. Pendapat ini diceritakan oleh Al-mursiy, kemudian Al-mursiy
membantahnya kemudian berkata:”sesungguhnya
setiap kitab yang diawali dengannya hanyalah al-hamdu pujian saja, bukan semua
surat. Sesungguhnya yang dimaksud dengan al-kitab disini adalah alquran, bukan
jenis kitab itu sendiri”.Kemudian
Al-mursiy meneruskan: “karena ada sebuah
riwayat bahwa diantara nama-nama al-fatihah adalah fatihatul quran. Sehingga
berdasr riwayat inilah yang dimaksud dengan Al-kitab dan alquran adalah sama”.
b.
Fatihatul qur’an,
sebagaimana yang dituturkan oleh Al-musry: “ada
sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa diantara nama-nama alfatihah adalah
fatihatul qur’an.. sehinnga berdasrkan riwayat inilah yang di maksud dengan
al-kitab dan al-qur’an itu sama”.
c.
Ummul kitab dan Ummul qur’an alasannya adalah bahwasannya Ummul kitab adalah lauh mahfudz,
seperti dalam firman Allah dalam surat Ar-ro’du ayat 4.
’ÎûurÇÚö‘F{$#ÓìsÜÏ%ÔNºu‘Èq»yftG•B×M»¨Zy_urô`ÏiB5=»uZôãr&×íö‘y—ur×@ŠÏƒwUur×b#uq÷ZϹçŽöxîur5b#uq÷ZϹ4’s+ó¡ç„&ä!$yJÎ/7‰Ïnºurã@ÅeÒxÿçRur$pk|Õ÷èt/4†n?tã<Ù÷èt/’ÎûÈ@à2W{$#4¨bÎ)’ÎûšÏ9ºsŒ;M»tƒUy5Qöqs)Ïj9šcqè=É)÷ètƒÇÍÈ Artinya:”Allah menghapuskan apa yang
Ia kehendaki dan menetapkan apa yang Ia kehendaki pula dan di sisi-Nyalah
taerdapt Umul kitab s(lauh mahfudz)”.Juga firman Allah dalam surah Az-zukhruf ayat 4:¼çm¯RÎ)urþ’ÎûÏdQé&É=»tGÅ3ø9$#$uZ÷ƒt$s!;’Í?yès9íOŠÅ3ymÇÍÈArtinya:”Dan sesungguhnya alquran
itu dalam induk Al-kitab(lauh mahfuz) disisi Kami, adalah benar-benar
tinggi(nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah”.Juga karena ummul kitab ini adalah nama bagi ayat-ayat halal dan
haram, sebagaimana firman Allah dalam surah Ali-Imron ayat 7:uqèdü“Ï%©!$#tAt“Rr&y7ø‹n=tã|=»tGÅ3ø9$#çm÷ZÏB×M»tƒ#uäìM»yJs3øt’C£`èd‘Pé&É=»tGÅ3ø9$#ãyzé&ur×M»ygÎ7»t±tFãB($¨Br'sùtûïÏ%©!$#’ÎûóOÎgÎ/qè=è%Ô÷÷ƒy—tbqãèÎ6®KuŠsù$tBtmt7»t±s?çm÷ZÏBuä!$tóÏGö/$#ÏpuZ÷GÏÿø9$#uä!$tóÏGö/$#ur¾Ï&Î#ƒÍrù's?3$tBurãNn=÷ètƒÿ¼ã&s#ƒÍrù's?žwÎ)ª!$#3tbqã‚Å™º§9$#ur’ÎûÉOù=Ïèø9$#tbqä9qà)tƒ$¨ZtB#uä¾ÏmÎ/@@ä.ô`ÏiBωZÏã$uZÎn/u‘3$tBurã©.¤‹tƒHwÎ)(#qä9'ré&É=»t6ø9F{$#ÇÐÈ Artinya:”Dialah yang menurunkan
al-kitab(alquran) kepada Kamu. Diantara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat
itulah pokok-pokok isi alquran”. Dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang
–orang yang hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat
untuk mencari-car fitnah dan untuk mencari-cari takiwlnya, padahal tidak ada
yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam
berkata:”kami beriman kepada Al-quran, semuanya dari sisi Tuhan kami”. Tidak
ada yang dapat mengambil pellajaran kecuali orang yang berakal.Dijelaskan
pula dalam hadis shahih yang terdapat riwayat di dalamnya, sbahwa al-fatihah
dinamakan juga dengan Ummul kitab atau Ummul qur’an, yaitu hadis yang diriwayatkan
oleh Daruquthni dan dia menshohihkannya dari Abu hurairoh ra secara marfu’: “ jika kalian membaca al-hamdu, maka
bacalah Bismillahirrohmannirohim, karena ia adalah Ummul qur’an, Umul kitab dan
As-habul matsani”.
Para
ulama berbeda pendapat, karena surat al-fatihah ini dinamakan seperti itu? “
Ada yang mengatakan bahwa surat al-fatihah ini selalu menjadi tulisan pertama
dalam mushaf, dan selalu di baca pertama kali dalam shalat sebelum membaca
surat apapun”, ini adalah pendapat Abu ubaidah dalam majaznya, dan atas
pendapat seperti inilah Imam Al-bukhory menegaskan dalam kitab sahihnya. Dan
masih banyak khilafiyah mengenai penamaan umul kitab dan umul qur’an.d.
Al-quranul ‘adzim, didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari
Abu hurairah bahwa nabi SAW bersabda
tentang umul qur’an:”alfatihah adalah
ummul quran, dia adalah as-sab’ul matsani, dan Ia juga a-lquranul al-adzim”.
Jadi al-fatihahdi sebut dengan al-quranul al-adzim, karena Ia mencakup segala
makna dan kandunsgan yang
terdapat dalam al-quran.
e.
As-sab’ul matsani, dikatakan demikian ada yang berpendapat bahwa surat al-fatihah
berjumlah tujuh ayat, dalilnya adalah hadis yang dikeluarkan oleh
Daruquthnidari Ali bin Abi Thalib ra. Ada juga yang mengatakan bahwa disebut
as-sab’ul matsani karena terdapat dua hal didalamnya, fashohatul matsani (puji-pujian yang fashih) dan Balaghotul ma’ani (makna-makan yang
fashih dan sempurna).
f.
Al-wafiyah(saling melengkapi), sebab didalam al-fatihah ini terdapat
ayat-ayat yang saling melengkapi semua makna dan kandungan al-qur’an, sebagaimana yang di jelaskan dalam Al-kasyaf,
ini diriwayatkan oleh Sofyan bin Uyainah. As-sa’labi menjelaskan: dikatakan
demikian karena ia tidak menerima pembagian . karena setiap surat dalam
al-qur’an, dibolehkan bagi kita untuk menbacanya hanya separuh dalam raka’at
pertama, dan kemudian diteruskan pada raka’at yang berikutnya.
g.
Al-kanz,sebagaimana yang telah disebutkan dalam “Ummul Quran”pendapat ini disebutkan Az-Zamakhsyari dalam
Al-kasyisyaf. terdapat dalam hadis Anas
bin Malik ra.
h.
Al-kafiyah(sempurna), dikatakan demikian karena salat akan sempurna
dengan membacanya. Tanpa bacaan ini
salat tidak akan sempurna dan bacaanya harus diulang.
i.
Al-asas (pondasi). Karena ia merupakan pondasi atau asal. Alqur’an dan
surat pertama darinya.
j.
An-nur(cahaya)
k.
Al-hamd dan As-syukur l.
Ar-ruqyah, As-safiyah, As-syifa
m.
As-sholatu, karena shalat selalu bergantung kepadanya
n.
As-sola’ah, berdasarkan hadits qudsy berikut ini: “Saya membagi shalat ini antaraKu dan hambaKu menjadi dua bagian”. Arti
dari ‘shalat’ disini adalah al-fatihah. Al-mursyi berkata: karena al-fatihah
merupakan lawazim (sesuatu yang disyaratkan membacanya).
o.
Ad-du’a, karena terdapat doa didalamnya. Sebagaimana firman Allah dalam
surat al-fatihah ayat 6:
$tRω÷d$#xÞºuŽÅ_Ç9$#tLìÉ)tGó¡ßJø9$#ÇÏÈ Artinya:”tunjukilah kami kejalan yang lurus”.p.
Ta’lim al-masalah, Al-mursyi berkata:” karena
didalamnya terdapat petunjuk bagi seorang hamba saat Ia memohon kepada Allah,
yaitu harus memulai dengan memujinya terlebih dahulu sebelum Ia meminta”.
q.
Al-munajat, karena setiap hamba bermunajat kepada robbinya dengan doanya,
terdapat dalam surat al-fatihah ayat 4:
Å7Î=»tBÏQöqtƒÉúïÏe$!$#ÇÍÈ Artinya:” Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami
mohon pertplongan”.r.
At-tafwidh, karena didalamnya terdapat penyerahan segala urusan, secara
menyeluruh kepada Allah.
2.
Surat Al-baqarah disebut juga dengan “Fusthotul Qur’an”, pernyataan ini disebut
dalam hadis marfu’ dalam musnad Al-firdaus. Ia dinamakan demikiankarena
keagungannya, juga karena Ia mengumpulkan banyak hukum yang tidak terdapat
dalam surat lain. Sedangkan dalam hadis Al-mustadrok, surah al-baqarah ini disebutkan dengan” Sanaamul Quran” yang
artinya puncak segala sesuatu.
3.
Ali-Imran, di riwayatkan oleh Sa’id bin Manshur dalam sunannya dari Abu Atthaf
ia berkata:”nama Ali Imron dalam Taurot
adalah Thoyibah”. Dan dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Al-baqarah dan
Ali Imron, keduanya dinamakan “Az-zahrowan”
(dua dunga) .
4.
Al-maidah surat ini disebut surat “Al-‘uqud”
(perjanjian-perjanjian) dan “Al-munqidzah”
(yang menyelamatkan). Ibnu Ghars berkata: karena surat ini menyelamatkan setiap
orang yang membacanya dari malaikat Adzab.
5.
Al-anfal, dikeluarkan oleh Abu Asy-Syaikh dari Said bin Zubair, Ia berkata:” saya bertanya kepada Ibnu Abbas ra.
Apakah surat al-anfal itu? Lalu ia menjawab : ini adalah surat” Al-badr”.
6.
Al-baroah, disebut juga disebut surat “At-taubat”
karena dalam surat ini terdapat firman Allah yang terdapat ucapan“taubat”.
Qs. At-taubah ayat 117:
‰s)©9šU$¨?ª!$#’n?tãÄcÓÉ<¨Z9$#šúïÌÉf»ygßJø9$#urÍ‘$|ÁRF{$#uršúïÏ%©!$#çnqãèt7¨?$#’ÎûÏptã$y™Íotó¡ãèø9$#.`ÏBω÷èt/$tByŠ$Ÿ2à÷ƒÌ“tƒÜ>qè=è%9,ƒÌsùóOßg÷YÏiB¢OèOz>$s?óOÎgøŠn=tæ4¼çm¯RÎ)óOÎgÎ/Ô$râäu‘ÒOŠÏm§‘ÇÊÊÐÈArtinya:” Sesungguhnya Allah Telah
menerima Taubat nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang
mengikuti nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir
berpaling, Kemudian Allah menerima Taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang kepada mereka,
7.
An-nahl, Qotadah berkata:”surat ini
di beri nama An-ni’am”. Sebagaimana dalam hadis yang dikeluarkan oleh Ibnu
abi Hatim. Ibnu Gars berkata:”surat ini
disebut An-ni’am karena Allah SWT banyak menyebutkan nikmat yang banyak kepada
hambanya didalamnya”. 8.
Al- isra’, juga disebut dengan surat“subham’ dan “bani israil” 9.
Al-kahfi, nama lainnya adalah “As-habul
Kahfi”. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis yang di riwayatkan oleh
Ibnu Marduyah. Sedangkan Imam Baaihaqi meriwayatkan hadis lain dari Ibnu Abbas
ra. Secara marfu’ bahwasannya Al-kahfi ini disebut dalam kitab Taurot dengannama”Al-Haa’ilah”( yang menghalangi api
neraka saat hendak membakar orang-orang yang membacanya).Namun Al-baihaqi
menyebutkan hadis ini munkar.
10.
Thoha, nama lainnya adalah surat “Al-Kaliim”,
hal ini disebutkan oleh As-sakhowi dalam Jamalul Quro’.
11.
Asy-syu’ara’ di sebutkan dalam tafsir imam malik bahwa nama lainnya adalah” Al-jami’ah”. 12.
An-naml, dinamakan juga surat sulaiman karena didalamnya terdapat kisah
Nabi sulaiman as.
13.
As-sajdah dinamakan juga surah”
Al-madhoji’”. 14.
Al-fathir, dinamakan juga surah “
Al-Malaikah” 15.
Surat yasin, Rosululloh
menamakannya juga dengan nama “Qolbul Quran”, dalilnya adalah hadis yang di
keluarkan Imam Tirmidzi dari Anas bin Malik ra. Dan Imam Baihaqi dari hadis Abu
Bakar secara marfu’: “surat yaasin ini dalam Taurot disebut “Al-mu’minah” yang menyebarkan segala
kebaikan di dunia dan akhirat juga disebut “Ad-daafi’ah”(yang
menolak) dan “Al-qodhiyah”(yang
memenuhi), karena ia bisa menolak dari segala keburukan yang akan menimpa
pembacanya, juga bisa memenuhi segala kebutuhannya”. Al-Baihaqi berkata: hadis
ini adalah munkar.
16.
Surat Az-zumar ama lainnya adalah “Al-gurob”(kamar-kamar)
17.
Surat al-gofir, dinamakan
juga dengan surat At-Thoul dan Al-mu’minun, karena firman Allah dalam
surat tersebut ayat 28 yang berbunnyi:
tA$s%ur×@ã_u‘Ö`ÏB÷s•Bô`ÏiBÉA#uäšcöqtãöÏùÞOçFõ3tƒÿ¼çmuZ»yJƒÎ)tbqè=çFø)s?r&¸xã_u‘br&tAqà)tƒ}†În1u‘ª!$#ô‰s%urMä.uä!%y`ÏM»uZÉit7ø9$$Î/`ÏBöNä3În/§‘(bÎ)urà7tƒ$\/É‹»Ÿ2Ïmø‹n=yèsù¼çmç/É‹x.(bÎ)urà7tƒ$]%ÏŠ$|¹Nä3ö6ÅÁãƒâÙ÷èt/“Ï%©!$#öNä.߉Ïètƒ(¨bÎ)©!$#Ÿw“ωöku‰ô`tBuqèdÔ$ÎŽô£ãBÒ>#¤‹x.ÇËÑÈ Artinya:”
dan seorang laki-laki yang beriman diantara pengikut-pemgikut Fira’unyang
menyembunyikan imannya berkata:” apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki
karena dia menyatakan:” Tuhanku ialah Allah, padahal ia telah datang kepadamu
dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta
maka dialah yang menaggung dustanya itu, dan jika ia seorang yang benar maka
sebagian yang diancamkannya kepamu akan menimpamu”. Sesungguhnya Allah tidak
menunjukiki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta”.18.
Al-fusilat dinamakan juga surah As-sajdah
dan Al-mashaabih 19.
Al-jasiyah dinamakan juga dengan surah As-syari’ah
dan Ad-dahr hal ini disebutkan oleh
Al-kirmani dalam Al-‘ajaa’ib 20. Surat Muhammad
dinamakan juga dengan surah Al-qital
21.
Surat Qaf dinamakan juga surah Al-basiqot 22.
Al-qomardinamakan juga dengan surah Iqtarobat.
Dikeluarkan oleh Baihaqi dari Abdullah bin Abbas ra secara marfu’:” bahwa surah
Iqtarobat ini didalam Taurot
dinamakan Al-mubayyidhoh, yaitu yang
memutihkan wajah orang-orang yang membacanya pada hari dimana wajah semua
hitampekat”. Al-baihaqi berkat hadis ini munkar.
23.
Ar-rahman dinamakan dalam sebuah hadis dengan ‘Arusul Qur’an. Hadisnya diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dari Ali
bin Abi Thalib secara marfu’.
24.
Al-mujadalah dalam mushaf Ubai bin Ka’ab dinmakan dengan Adh-ddhihar 25.
Al-hasr dikeluarkan oleh Imam Al-bukhari dari Said bin Jubair Ia berkata:
saya bertanya kepada Ibnu Abbas ra. Tentang surah Al-hasr. Iapun menjawab: ini adalah surat Bani Nadhir. Ibnu Hajar
berkata: seakan-akan Ibnu abbas tidak suka memberinya namaAl-hasr, agar tidak ada seorang pun yang menduga bahwa maksud dari
al-hasr ini adalah hari qiyamat, karena maksud sebenarnya Al-hasr adalah pengusiran Bani nadhir.
26.
Surat Al-muntahanah, “yang mashur dari nam surah ini adalah fathah, Al-muntahanah (surat yang menguji). Jadi
menurut yang pertama, berarti ia adalah sifat dari wanita yang surat ini
diturunkan karenanya. Sedangkan yang kedua yang menggunakan kasroh, berarti ia
adalh sifat dari surat itu sendiri, seperti pada surat Al-baro’ah yang berarti Al-fadhihah”. Dalam
Jamalul Quro’, As-sakhowi menyebutkan bahwa Surat ini di sebut juga dengan
surat Al-imtihan dan Al-mawaddah.27. As-shaf disebut juga dengan surah Al-hawariyun
28. At-thalaq disebut
juga dengan surah An-nisa,Al-qusro (yang
pendek). Dan seperti inilah Ibnu Mas’ud ra. Menyebutnya sesuai hadis yang
diriwayatkan oleh Inmam al-bukhari dan lainnya. Tetapi nama ini (An-nisa Al-qusro) di ingkari oleh
Ad-dawudi, Dia berkata:” saya tidak
menganggap bahwa riwayat Al-qusro ini adalah mahfudl dan tidak pernah
disebutkan dalam alquran bahwa ada sesuatu yang qusro atau Sugro”. Ibnu
Hajar berkata: perkataan Ad-dawudi adalah merupakan bentuk pengingkaran tanpa
dasar terhadap hadis-hadis shahih yang tsabit, sedangkan qishar dan Thuul (pendek
dan panjang) dalam al-quran adalh perkara yang nisbi. Imam Al-bukhari telah
meriwayatkan hadis dari Zaid bin Tsabit ra bahwa ia berkata:” Thuulii-thuuliyin”, (panjangnya
salah satu dari yang panjang), ia memaksudkannya dengan surah Al-‘arof.
29.
At-tamrin disebut juga dengan surah “Al-mutaharrim”
dan “surah lima tuharrimu” 30.
Tabarok disebut juga dengan surat Al-Mulk.
Dikeluarkan oleh Al-Hakim dan lainnya
dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: Surat ini dalam taurat dinamakan dengan surat Al-Mulk, surat inilah yang menolak
datangnya siksa kubur. Dikeluarkan oleh Imam At-Tirmidzi dari hadist Ibnu Abbas
ra secara marfu’ : “Surah inilah yang menghalangi dan menyelamatkan seseorang
dari adzab kubur”. Sedangkan dalam musnad Ubaih ada hadist lainnya yang
lafadnya: “Sesungguhnya surat ini adalah Al-Munjiyah
(Yang Menyelamatkan) dan Al-Mujadilah
(Yang menolak), pada hari kiamat ia akan menolong pembacanya mati-matian di
hadapan Allah swt”.
Dan
dalam tarikh Ibnu Asakir dari hadist Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw
menamainya dengan Al-Munjiyah.Ath-Thabrani
juga meriwayatkan sebuah hadist dari Abdullah bin Mas’ud ra, ia berkata: “adalah
kami pada zaman Rasulullah saw menyebutnya dengan al-maani’ah (yang menolak).Dan
dalam Jamaal al-Qurra’, disebutkan bahwa ia dinamai pula dengan Al-Waaqiyah: “yang menyelamatkan” dan Al-Mannaa’ah: “yang sangat menolak”.31.
Al-ma’arij/As-sa’la dinamakan juga dengan al-Ma’arij
dan al-Waaqi’.
32.
Amma dinamakan pula dengan an-Naba’,
At-Tasaa’ul dan juga dengan Al-Mu’shiroot.
Dan masih
banyak surat yang terdapat dalam alquran yang mempunyai nama lebih dari satu. C.
Macam-macam Surat
Ulama
mengelompokkan surat-surat menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok
mereka sebut dengan istilah khusus yaitu,”الطوال”,المعون”,”المثني”, dan ”المفصل”.a.
Al-Thiwal
adalah merupakan surat-surat yang ayatnya panjang-panjang. Di dalam Al-quran
terdapat tujuh surat namun terdapat perbedaan mengenai peletakan surat
ke-tujuh. Surta-surat tersebut diantaranyaAl-Baqoroh (sapi betina), Ali ‘mron
(keluarga Imran), An-nissa (wanita), Al-maidah (hidangan), Al-an’am (binatang
ternak), al-a’raf (tempat tertinggi), an surat yang e-tujuh terdapat perbedaan
pendapat mengenai peletakannya, sebagian ulama berpendapat bahwa surat ke-tujuh
adalah Al-anfal dan Al-baroah sekaligus. Dengan alasan kedua surat
tersebut terangkum dalam satu basmalah
dalam arti tidak terpisah basmalah antara keduanya. Dan pendapat lain mengenai
surat ke-tujuh ini adalah surat Yunus.
b.
Al-mi’un
yaitu surat-surat yang jumlah ayatnya terdiri dari seratus atau di sekitar itu.
c.
Al-matsani
merupakan surat-surat yang jumlah ayatnya di bawah kelompok Al-mi’un. Dinamakan
al-matsani, karena surat tersebut di ulang-ulang bacaannya. Dan jumlahnya lebih
bnyak dari Al-thiwal dan al-mi’un.
d.
Sedangkan Al-mufashal merupakan surat-surat yang yang
terdapat pada akhir Al-qur’an. Ulama berbeda pendapat dalam menentukan
permulaannya Al-mufashal tersebut. Terdapat sekitar dua belas pendapat. Ada
yang mengatakan permulaannya adalah surat “Qof” dan surat “Al-hujurat” dan ada
yang mengatakan surat yang lain.
Mufashal dibagi menjadi tiga: thiwal, Ausat dan qisar.Al-mufashal Al-thiwal
dimulai dari surat Qof atau Hujurat sampai dengan ‘Amma atau Buruj. Mufashal
ausat dimulai dari surat ‘Amma atau Buruj sampai dari Dhuha atau lam
yakun(Al-bayinah), dan mufashal qisar dimulai dari Dhuha atau Lam
yakun(al-bayinah) sampai dengan surat terakhir.
Dinamakan
mufashal karena banyaknya fashl(pemisahan)di antara surat tersebut dengan
basmalah.Jumlah
surat Al-qur’an ada seratus empat belas. Dan dikatakan pula ada tiga ratus tiga belas surat, karena surat al-anfal dan
Al-baroah di anggap satu surat. Adapun jumlah ayatnya 6.200 lebih
namun”kelebihan” ini masih diperselisihkan. Ayat terpanjang adalah surat
Al-baqoroh. Pembagian seperti ini dapat mempermudah orang dalam menghafalnya,
mendorong mereka untuk mengkaji dan mengingatkan pembaca surah bahwa ia telah
mengambil bagian yang cukup dan jumlah yang memadai dari pokok-pokok agama dan
hukum-hukum syariat.[5]D.
Sistematika Penyusunan Surat dan Argumennya
Ada
beberapa pendapat mengenai penyusunan urutan surat.Pertama, penyusunan
ayat-ayat dalam surat. Ini merupakan wewenang nabi SAW sebagaimana diperoleh
dari Jibril atas perintah Tuhannya. Dengan demikian, quran pada masa nabi telah
tersusun surah-surahnya secara tertib, sebagaimana tertib ayat-ayatnya, seperti
yang ada ditangan kita sekarang ini, yaitu tertib mushaf Usman yang tidak
seorang sahabatpun menentangnya. Ini menunukkan telah terjadi kesepakatan
(ijma’)atas tertib surat tanpa ada suatu
perselisihan apapun.
Yangmendukung pendapat ini ialah, bahwa
Rosulullah telah membaca beberapaa surat secara tertib didalam shalatnya. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan bahwa Nabi
pernah membaca beberapa surat mufasshal(surat-surat pendek) dalam satu rekaat.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Ia mengatakan tentang surat
Bani Israil, Al-kahfi, Maryam, Thoha, Al-anbiya:” adalah surah-surah itu
termasukyang diturunkan di Mekkah dan yang pertama kali Aku pelajari”. Kemudian
Ia mennyebutkan surah-surah itu secara berurutan sebagaimana tertib sususnan surah sekarang ini.Telah diriwayatkan dari Ibnu Wahab, dari
sulaiman bin Bilal, ia berkata:” aku mendengar Rabiah ditanya orang, mengapa
surat Al-baqarah dan Ali Imron didahulukan padahal sebelum surat itu telah
diturunkan delapan puluh sekian surat makki sedang keduannya diturunkan di
Madinah?ia menjawab memeng kedua surat itu didahulukan dan quran dikumpulkan
menerut pengetahuan dari orang-orang yang mengumpulkannya, kemudian katanya:
ini adalah sesuatu yang mesti terjadi dan tidak perlu dipertanyakan”.Ibnu Hasyar mengatakan:” tertib surat
dan ayat-ayat pada tempatnya itu berdasarkan wahyu. Rosululloh mengatakan,
letakkan ayat ini ditempat ini. Hal ini telah diperkuat juga oleh nukilan atau
riwayat yang mutawattir dengan tertib
seperti ini dari bacaan Rosulullah dan ilma para sahabat untuk meletakkan atau
menyusunnya seperti ini didalam mushaf.Kedua, dikatakan tertib surat itu berdasarkan ijtihad para sahabt mengingat
adanya perbedaan tertib, di dalam mushaf-mushaf mereka misalnya mushaf yang
disusun oleh ali berdasarkan tertib nuzul yakni dimulai dengan Iqro’ kemudian
Al-mudassir, Nun,Qolam kemudian Al-muzammil dan seterusnya hinga akhir surat
makki dan madani. Dalam mushaf Ibnu Mas’ud yang pertama kali ditulisadalah
surah Al-baqarah kemudian An-annisa dan kemudian Ali-Imron. Dalam myshaf Ubay
yang pertama kali ditulis adalah Al-fatihah, al-baqarah , An-nisa kemudian Ali
–Imran.
Diriwayatkan Ibnu Abbas berkata:” aku
bertanya kepada Usman, apa yang mendorongmu mengambil Al-anfal yang termasuk
kategori matsani dan al-baroah yang termasuk mi’un untuk kamu gabungkan
keduanya menjadi satu tanpa kamu tuliskan diantara keduanya bismillah hirahman
hirahim, dan kamu juga meletakkan dalam as-sab’u thiwal, Usman menjawab telah
turun kepada Rosulullah surah-surag yang mempunyai bilangan ayat, apabila ada
ayat turun kepadanya Ia memanggil beberapa orang penulis wahyu dan mengatakan:
letakkanlah ayat ini pada surat yang didalamnya terdapat surat anu dan anu,
surah al-anfal adalah surah peertama yang turun di Madinah sedangkan Al-baroah
termasuk yang terakhirditurunkan. Kisah surah al-anfal serupa dengan kisah yang
terdapat dalam surat al-baroah, sehingga aku mengira bahwa surat al-baroah adalah bagian dari surat
al-anfal. Dan sampai wafatnya Rosul tidak menjelaskankan kepada kami bahwa
asurah al-baroah merupakan bagian dari surah al-anfal. Oleh karena itu kedua
surat tersebut aku gabungkan dan di antara keduanya tidak aku tuliskan
bismillahhir rah ahman rahiim, serta aku meletakkannya ada as-sab’u thiwal.Ketiga, dikatakan surat itu sebagian tertibnya tauqifidan bagian lainya
adalah ijtihad para sahabat hal ini karena terdapat dalil yang menunjukkan
tertib sebagian surat pada masa nabi. Misalnya, keterangan tertib as-sab’u
thiwal, al-hawaamin dan al-mufasshal pada masa hidup Rosul.Diriwayatkan:Artinya:
bahwaRosulullohberkata: bacalaholehmuduasuratyangbercahaya, al-baqorohdan
Ali-Imron”.Diriwayatkan
pula:Artinya:”Bahwa
jika hendak pergi ketempat tidur, Rosul mengumpulkan kedua telapak tangannya
kemudian meniupnya lalu membaca Qulhuwallohu ahad dan Mu’awizzatain”.Apabila
membicarakan tigapendapat di atas, jelaslah bagi kita bahwa pendapat kedua yang
mengatakan tertib surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat, tidak bersandar
dan berdasarkan pada suatu dalil. Sebab ijtihad sebagian sahabat mengenai
mushaf mereka yang khusus, mmerupakan ikhtiar mereka sebelum alquran
dikumpulkan, sitertibkan ayat-ayat dan surat-suratnya pada satu huruf (logat)
dan umatpun menyepakatinya, maka mushaf-mushaf yang ada pada mereka
ditinggalkan. Seandainya tertib-tertib itu merupakan hasl ijtihad, tentu mereka
tetap berpegang pada mushafnya masing-masing.Sementara
mengenai pendapat ketiga, yang menyatakan sebagian surat itu tertibna tauqfi
dan sebagian lainnya bersifat ijtihadi, dalil-dalilnya hanya berpusat pada
nas-nas yang menunjukkan tertib tauqifi, adapun yang ijtihadi tidak bersandar
pada tertib ijtihadi. Sebab ketetapan yang tauqfi dengan dalil-dalilnya tidak
berarti bahwa yang selain itu adalah hail ijtihad. Disamping itu yang bersifat
demikian pun sangat sedikit sekali.Dengan demikian
kita dapat simpulkan bahwa tertib
surah-surah itu bersifat tauqifi, seperti halnya tertib ayat-ayat dan
logat-logat qur’an berasal dari Nabi. Oleh karena itu , barang siapa
mendahulukan suatu surat atau mengakhirkannya, ia telah merusak tatana
Al-quran. BAB
IIIPENUTUP Dari
pembahasan kita diatas dapat dipahami bahwa, dari pengertian hingga sistematika
penyusunan terdapat banyak khilafiyah, ada yang berpendapat berpendapat
berdasarkan “tauqifi” langsung dari Nabi sesuai petunjuk Jibril atas perintah Tuhannya, dan ada juga
yang merupakan hasil ijtihad para sahabat dengan dasar adanya khilafiyah dalam
penyusunan mushaf dikalangan para ssahabat, dan ada juga yang berpendapat bahwa
sebagian tauqifi dan sebagian lainnya ijtihad namun pendapat ini lemah karena
dalil-dalilnya hanya bertumpu pada dalil tauqifi tanpa didasari dalil ijtihad.Semoga
makalah ini, menjadi acuan untuk kita lebih berfikir luas dalam mengkaji
mengenai ayat bahkan urat-surat yang terdapat di dalam Al-quran. Kami mohon
maaf yang sebessar-besarnya jika makalah ini masih banyak terdapat kerancauan
dan kesalahan di dalamnya. Dan kami berhaarap semoga rasa tidak puas dalam
mengkaji ilmu untuk selalu dipupuk sebagai motivasi kita untuk lebih berfikir
maju.Kami
berharap dengan makalah yang sangat sederhana ini dapat memberi manfaat bagi
para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Atas perhatian para pembaca
kami ucapkan banyak terimakasih. (jazakumullah khoiran katsiran).
DAFTAR PUSTAKA Al-qotan,
Manna’ Khalil. 2001. Studi Ilmu-ilmu al-qur’an. Jakarta : Pustaka Litera
Antar Nusa.Abdul ‘Adzim,
Muhammad Az-zarqoni. 2002. Manahil Al-‘urfan Fi ‘ulumil Quran. Jakarta :
Gaya Media PratamaBell, Rischard.
1995. Pengantar Studi Al-qur’an. Jakarta: PT Raja GrafindoAs-suyuti, Iman
Jalaluddin.2006. Al-Itqon Fi ‘Ulumil Qur’an. Surabaya : PT Bina Ilmu
Offset
[1] Syeikh Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani. Manahil Al-‘urfan Fi ‘ulumil Qur’an, halaman; 350, juz 1
[2] Richard bell. Pengantar Studi
Al-qur’an, halaman; 90-91
[3] Syeikh Muhammad abdul Adzim Al-Zarqoni. Manahil Al-‘urfan Fi ‘ulumil Qur’an, halaman; 350, juz 1
[4] Imam Jalaluddin As-suyuthi,
terjemahan Al-Itqon fi Ulumul Qur’an, halaman 278-279 jilid 1
[5] Manna Khalil al-Qothan, Mabahis
Fi ‘Ulumul Qur’an, halaman; 145-146
[1] Syeikh Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani. Manahil Al-‘urfan Fi ‘ulumil Qur’an, halaman; 350, juz 1
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar