A.
Pendahuluan
Ilmu mantik adalah bahasa arab yang merupakan
terjemahan dari kata logika, suatu hasil yang gemilang dari Aristhoteles
(384-322 SM). Seorang filosof ulung dari Yunani. Ilmu mantik adalah ilmu
tentang kaedah-kaedah yang dapat membimbing manusia kearah yang berfikir secara
benar yang menghasilkan suatu yang benar sehingga terhindar berfikir secara
keliru yang menghasilkan kesimpulan yang salah. Kaedah-kaedah tersebut tidak
hanya membimbing manusia bagaimana ia berfikir melainkan mengajarkan juga mengajarnya tentang cara berfikir supaya
dengan segera ia bisa sampai kepada
kesimpulan yang benar.
Pada kesempatan ini pemakalah akan mencoba
menjelaskan salah satu kaedah-kaedah yang terdapat dalam ilmu mantik ini, yaitu
kaedah mengenai Penalaran tak Langsung(al-Istidlaal goiru al-mubasyarah)
B.
Pembahasan
1. Pengertian
Penalaran tak Langsung
Istidlal
secara lughowi adalah mencari dalil,
keterangan, indicator atau petunjuk sehingga dapat diperoleh suatu pengertian
dan kesimpulan. Dalam terminology ilmu mantik istidlal adalah berpindahnya pikiran, dengan tekhnik tertentu, dari
sesuatu yang sudah diketahui (ma’lum) kepada suatu yang belum diketahui
(majhul) sehingga yang belum diketahui dapat diketahui. Atau dengan ungkapan
lain, berupaya memahami yang belum diketahui melallui yang sudah diketahui.
Dengan ungkapan yang lebih mudah lagi, istidlal adalah mengambil suatu
kesimpulan.
Jadi penalaran tak langsung adalah penalaran
yang premisnya terdiri atas beberapa proposisi sehingga dapat disimpulkan.[1]Terbagi menjadi dua, yaitu:
v Penalaran induktif
Merupakan
penalaran yang dimulai dari proposisi-proposisi khusus kemudian disimpulkan
menjadi proposisi umum. Kongklusi lebih luas dari pada premis.
Contoh:
- logam memuai kalo dipanaskan (pm)
-
memuai kalau dipanaskan (pm)
-
semua logam memuai kalau dipanaskan (k)
v Penalaran deduktif
Merupakan
penalaran yang dimulai dari proposisi umum diperoleh kesimpulan yang bersifat
khusus. Kongklusi lebih sempit dari pada premis.
Contoh:
- semua manusia akan mati (pm)
-
Bambang adalah manusia (pm)
-
Bambang akan mati (k)
2. Macam-macamnya:
a)
Silogisme (al-Istidlal
al-Qiyasi)
v Pengertian
dan kaedah-kaedahnya
Silogisme
Ialah suatu bentuk pemikiran kesimpulan secar deduktif dan tidak langsung yang
mana kesimpulannya ditarik dari dua premis yang tersedia sekaligus, premis
dimaksud adalah premis mayor dan minor. Syllogism ada dua, yakni kategoris dan
hipotetis.[2]
Syllogisme kategoris merupakan struktur suatu deduksi berupa proses logis yang
terdiri dari tiga bagian dan tiap-tiap bagian berupa pernyataan kategoris,
Contoh
:
- Semua manusia harus makan
- Semua manusia harus makan.
-
Khoirul adalah Manusia. Khoirul harus Makan.
Syllogism hipotetis, yaitu suatu syllogism yang premisnya berupa pernyataan
bersyarat. Predikat diakui atau dipungkiri, tentang subyek tidak secara mutlak,
akan tetapi tergantung pada syarat. Contoh : jika hujan maka jalan akan basah.
Kata Qiyas berasal dari bahasa arab yang berarti ukuran. Miqiyas, berarti alat mengukur.
Maksudnya adalah mengukur sesuatu dengan yang tersusun dari dua atau beberapa
qadhiyah, manakala qadhiyah-qadhiyah tersebut benar, maka akan muncul dengan
sendirinya qadhiyah itu benar dan yang lain disebut natijah.[3]
Tetapi perlu kita ingat bila qadhiyahnya tidak benar, bisa saja natijahnya
benar, tetapi benarnya itu kebetulan.[4]
Ada juga yang mendefinisikan qiyas sebagai suatu pengambilan kesimpulan dimana
kita menarik dari dua macam keputusan/qadhiyah yang mengandung unsure bersamaan
dan salah satunya harus universal, suatu keputusan ketiga yang kebenarannya
sama dengan kebenaran yang ada sebelumnya
Contohnya:
- Tiap bid’ah itu sesat
- Tiap yang sesat dalam neraka
- Jadi; tiap yang bid’ah dalam
neraka.[5]
v Macam-macamnya
· Konjungtif
( al-Qiyasi al-Iqtiraani)
Qiyas iqtirani secara
lughawi adalah menyertakan, mengumpulkan, menyusun. Kemudian qiyas ini dibagi
lagi menjadi dua, yaitu:
(1)
Iqtirani hamli adalah menyusun atau merangkai kalimat-kalimat sempurna.
Biasanya kalimat yang disusun adalah dua kalimat (qadhiyah) yang akan
memunculkan kalimat ketiga. Susunan-susunan yang mengikuti kaedah mantik
disebut qiyas. Jadi dapat disimpulkan qiyas iqtirani hamli adalah qiyas yang
ketiga yang qadhiyahnya terdiri dari qadhiyah-qadhiyah hamliyah/kalimat-kalimat
sempurna.
Contoh:
- Alam ini berubah,
-
Setiap yang berubah baharu,
-
Alam ini baharu.
(2)
Syarthi secara lughawi syarti adalah
mengikat dua qadhiyah (kalimat) atau lebih menjadi satu dengan menggunakan adat
syarat (kata pengandai jika, manakala, kapanpun dll). Jadi Qiyas iqtirani
syarthi adalah qiyas yang qadhiyah-qadhiyahnya tersusun dari qadhiyah
syarthiyah dan qadhiyah hamliyah.
Contoh:
- Jika alam mini bergerak, ia digerakkan,
- Setiap yang digerakkan, ada penggeraknya,
- Setiap daun yang bergerak, ada penggeraknya.
· Hipotesis
(al-Qiyasi al-Istisnaai)
(1) al-Qiyas al- Istisnai al-Ittishali adalah
qiyas yang mukoddimah kubronya terdiri atas qadhiyah syarthiyah muttashilah.
Contoh:
- Jika matahari terbit siang terjadi,
- Tetapi matahari terbit,
- Siang terjadi.
(2) al-Qiyas al-Istisnai al-Infishali adalah
qiyas yang mukoddimah kubronya terdiri atas qadhyah syarthiyah munfashilah.
Contoh:
- Pasaran cengkih adakalanya ramai, adakalanya
sepi,
- Tetapi pasaran cengkih ramai,
- Pasaran cengkih tidak sepi.
Atau,
-
Pasaran cengkih adakalanya ramai adakalanya sepi,
- Tetapi pasaran cengkih sepi,
- pasaran cengkih tidak ramai.
b)
Induksi
(al-Istidlal al- Istiqrani)
Al-Istidlal al-Istiqrani adalah
penarikan kesimpulan secara induktif yang dimulai dengan percobaan-percobaan
kecil untuk menemukan kesimpulan-kesimpulan kecil yang diharapkan, setelah
percobaan-percobaan berikutnya, akan bermuara kepada penemuan kesimpulan yang
bersifat umum (general).
Contoh: besi-dipanaskan-memuai
Hingga percobaan dilakukan
berulang-ulang diberbagai tempat dan waktu hingga menghasilkan suatu kesimpulan
yang sama bahwa besi jika dipanaskan akan
memuai.
Bagan:
Istidlal
|
Iqtirani
|
Istisna’i
|
Istiqra’i
|
Qiyasi
|
Tam
|
Syarthi
|
Infishali
|
Itishali
|
Naqish
|
Hamli
|
C.
Kesimpulan
Kajian-kajian
diatas adalah merupakan salah satu kaedah yang terdapat dalam ilmu mantik,
karena dalam mengkaji ilmu mantik kita tidak dapat lepas dari kaedah-kaedah
yang ditentukan. Bagian kaedah-kaedah tersebut diantaranya: al-Istidlal
al-Qiyasi beserta pembagiannya, al-Istidlal al-iqtira’I beserta pembagiannya.
Pembahasan ini sangat penting dalam ilmu mantik, karena mengambil kesimpulan
yang bennar adalah fungsi utamanya. Misalkan orang yang baru dikatakan
mengetahui ilm mantik, jika ia sudah dapat mengambil kesimpulan yang benar,
melalui teknik-teknik mantiqi yang baku dan diakui. Kesimpulan yang benar itu
dikatakan kesimpulan mantiqi (yang logis) karena penarikannya sesuai dengan
kaedah-kadah mantik (logika).
D.
Penutup
Demikianlah
makalah ini kami buat, kami mengakui bahwa masih banyak kesalahan yang terjadi
di dalamnya, baik disengaja maupun tidak disengaja karena keterbatasan ilmu
kami sebagai penyusun, kurang dan lebihnya kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Besar harapan kami untuk kritik dan saran demi pembenahan
makalah ini, agar lebih banyak member manfaat bagi penyusun khusunya dan bagi
pembaca umumnya.
E.
Daftar Pustaka
Prof.
Dr. H. Baihaqi A.K. Ilmu mantik Teknik
Dasar Berfikir logic. Darul al-Ulum
Press:1996
DRS.
H. A. Basiq Djalil, S.H.,M.A. Logika
(ilmu mantik). Jakarta: Kencana, 2010
http://qq-phahlevy.blogspot.com/2011/07/logika.html
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/filsafat_ilmu/bab6-penalaran.pdf
[3] Basiq Djalil, Logika (ilmu mantiq),
(Jakarta:kencana:2010). hal. 69
[4] Contoh qadhiyah salah tetapi natijahnya
benar:- tiap manusia bisa membaca (salah)-setiap manusia yang bisa membaca
perlu makan (benar)-natijahnya setiap manusia perlu makan(benar)
[5] Contoh dari qadhiyah & natijah yang
benar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar